Salah
satu produk berbahaya yang diminati banyak orang adalah rokok. Hampir setiap
laki-laki suka merokok dengan pelbagai macam alasan seperti; gaya hidup, cuaca
yang dingin, dan demi
ketahanan diri dalam bekerja. Masih banyak lagi alasan yang bisa ditambahkan
berkaitan dengan merokok ini. Namun yang pasti merokok adalah sesuatu yang
berbahaya bagi kesehatan tetapi karena faktor lingkungan dan juga masalah ketergantungan, maka anjuran medis tentang
bahaya rokok kurang diindahkan.
Setidaknya
ada tujuh penyakit yang disebabkan oleh rokok. Penyakit-penyakit itu adalah;
penyakit paru-paru kronis, merusak gigi dan menyebabkan bau mulut, menyebabkan
stroke dan serangan jantung, tulang mudah patas, gangguan pada mata salah
satunya seperti katarak, menyebabkan kanker leher rahim dan keguguran pada
wanita dan menyebabkan kerontokan rambut. Semua penyakit yang telah disebutkan
di atas adalah fakta yang mengerikan di balik konsumsi rokok dan tembakau.
Pada
mulanya rokok hanya digunakan untuk kepentingan ritual dan pemujaan dewa-dewa
Suku Indian di benua Amerika. Akan tetapi setelah bangsa Eropa menjelajahi
Benua Amerika, merekapun mencoba untuk belajar merokok tetapi tidak untuk
tujuan pemujaan dewa. Lantas tembakau yang ada di Amerika dibawa ke Eropa dan
dikembangkan sehingga bangsa Eropa memperkenalkan rokok modern ke seluruh dunia
termasuk di Indonesia sehingga rokok mulai di kenal di Nusantara bersamaan
dengan datangnya bangsa Eropa untuk berdagang.
Setidaknya
terdapat 10 perusahaan Rokok dan Tembakau yang beroperasi di Indonesia dengan
jumlah karyawan terbanyak. Posisi
pertama ditempati oleh Jappan Tobacco, kedua oleh British American Tobacco,
ketiga Gudang Garam, keempat Imperial Brands kelima ITC, keenam Sampoerna,
ketujuh, Universal Coorporation kedelapan, Scandinavian Tobacco Group
kesembilang, Swidsh Match dan yang kesepuluh Philip Morris CR.
Santo Antonius Maria Claret dan Pantangan Merokok
Salah
satu santo dalam Gereja Katolik yang pernah menyentil rokok adalah St. Antonius
Maria Claret. Ia adalah pendiri Kongregasi Para Misionaris Putera-Putera Hati
Tak Bernoda Maria (Misionaris Claretian. Ia dengan jelas mengatakan “tidak” pada rokok.
Meski lahir dari keluarga yang kaya di Sallent, Barcelona, ia tetap menjaga kesehatannya dengan
menghindari rokok. Bahkan dalam kebajikan mati raganya ia mengatakan untuk
berpantang bukan hanya hal-hal yang mendatangkan kenikmatan dari makanan tetapi
juga dari rokok dan tembakau.
“Demi
membangun akhlak lagi dan lagi, saya selalu berpantang merokok atau memakai
tembakau sedotan. Dan saya tidak pernah mengatakan atau bahkan mengisyaratkan
bahwa saya lebih menyukai hal ini dan hal itu” (Aut. 410). Demikian kutipan
dari buku autobiografi St. Antonius Maria Claret yang dengan sadar menolak
untuk merokok bahkan berkomitmen untuk tidak menyentuh tembakau sedotan. Ini
adalah salah satu pantangan dan matiraga Claret berhadapan dengan rokok yang
menjadi kesenangan banyak orang di zamannya.
St.
Antonius Maria Claret memandang rokok dari perspektif akhlak. Artinya adalah
ketika orang mampu menahan diri dari godaan rokok, ia berhasil menguasai diri
dan ia telah membangun satu akhlak yang baik. Claret sungguh pantang dengan
rokok dan bahkan tembakau sekalipun. Jika pihak medis melarang rokok karena
alasan kesehatan, sebaliknya Claret melarang rokok karena alasan akhlak dan
matiraga.
Para Misionaris Claretian dan Larangan Merokok
Tentang
merokok setelah eranya Pater Claret, tidak banyak dibahas namun dalam Pernyataan dan Dekrit Kapitel Umum XVII pada
Bab VII tentang Mortifikasi (Matiraga), no 84 dijelaskan tentang norma-norma
mengenai merokok. “Norma-norma mengenai
merokok akan dimasukkan di dalam konstitusi dengan cara ini: Dengan maksud yang
baik, biarkan para Misionaris kita memilih bentuk-bentuk matiraga eksternal dan
pengorbanan dalam makan, minum, perjalanan dan lain-lain sesuai dengan saat dan
tempat-tempat-tempat di mana mereka melaksanakan kerasulan. Dan secara bersama
sesuai dengan tradisi kita jangan merokok kecuali dengan alasan yang pantas dan
dengan izinan dari pemimpin tertinggi”
Secara
jelas bahwa Kongregasi menganjurkan untuk memeluk praktek mortifikasi yang
sudah melekat di dalam Kongregasi terutama tentang merokok. Kendati ada peluang
untuk merokok bagi para anggota Claretian namun dengan catatan bahwa atas izinan pemimpin tertinggi. Namun Kongregasi juga melihat matiraga sebagai kebajikan
yang perlu dihidupi. Sebab salah satu jalan menuju kekudusan adalah dengan
matiraga (pantang rokok dan tembakau sedotan) sebagaimana yang sudah
dipraktekkan oleh Bapa Pendiri St. Antonius Maria Claret selama hidupnya.
Kongregasi
rupanya peka dan memandang perlu untuk menjaga diri dari rokok dan sedapat
mungkin untuk bisa pantang dan belajar untuk meninggalkan rokok. Rokok merusak
kesehatan dan akhlak sebagaimana yang diutarakan oleh Pater Claret. Oleh sebab
itu, matiraga haruslah dimulai dari hal-hal yang terlihat dan menyenangkan agar
terbukalah jalan menuju kekudusan sebagaimana yang telah dilakukan oleh St.
Antonius Maria Claret, bapa Konsili Vatikan I, bapa pengakuan ratu dan rasul
pers di abad ini. Merokok membunuhmu “Sigaru oho ita”.
0 Comments