Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Senat Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang Menggelar Festival Budaya

 


Multikulturalisme adalah satu fakta sosial yang akan terus eksis  di bumi Nusantara. Kenyataan ini tidak dapat dinafikan oleh masyarakat Indonesia yang hidup di tengah tantangan sosial isu SARA yang cukup serius. Sehingga kerap kali kita temukan konflik SARA di antara anak-anak negeri.

Kendati demikian, keberagaman  suku bahasa dan ras, yang dimiliki INDONESIA membuatnya dikenal kenal sebagai  negeri dengan Multikultural. Menanggapi situasi ini, Senat Mahasiswa Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang Menggelar Festival budaya di Aula St. Maria Imakulata UNWIRA dengan tema "Membangun Semangat Multikulturalisme dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika." Dengan tujuan  mempererat tali persaudaraan di dalam lingkungan kampus.

 

Stand Tingkat III & Misionaris Claretian 

Ide untuk menggelar festival ini dilatarbelakangi oleh skripsi ketua senat sendiri dengan judul "Politik multikulturalisme". Judul ini merupakan racikan pemikiran Wiliam Kimlika seorang filsuf asal Kanada yang berbicara tentang multikultural. Pemikiran ini tidak terlepas dari situasi sosial budaya di Amerika Utara yang pluralis.

"Festival ini adalah ide dari saya selaku senat dan setelah berdialog dengan teman-teman mereka setuju dan kami sampaikan kepada Dekan Fakultas Filsafat Rm. Yohanes Subani, Pr . Beliau menanggapi dengan baik. Dan untuk dana awal kami manfaatkan dana penjualan kalender fakultas 2022. Dan selebihnya kami ajukan proposal ke pihak Universitas" kata Erik Kiik selaku Senat Mahasiswa Fakultas Filsafat UNWIRA.

  Stand Prodi  Biologi & Tingkat II FILSAFAT 

Festival ini membantu para mahasiswa untuk tidak berpikir sempit tentang suku dan budaya tetapi ini menjadi ajang untuk saling merajut persaudaraan. Melalui multikulturalisme kita belajar untuk saling mengakui lalu menghargai dan pada akhirnya tidak saling mendominasi.

"Festival budaya dengan tema Multikulturalisme diharapkan agar kita semua saling mengakui keberadaan lalu menghargai perbedaan sehingga pada akhirnya kita tidak saling mendominasi" tukas  Reynaldi Erikson Kiik  calon imam asal Keuskupan Atambua yang biasa disapa Erik.

Prodi Arsitek 

Festival ini dimulai pukul 16:00  Sabtu (25 Juni)- pukul 22:00 Minggu (26 Juni 2022). Adapun para peserta dalam pameran Festival budaya ini adalah; Para mahasiswa Fakultas Filsafat Semester 2-6, Para Misionaris Claretian, Prodi Biologi, Prodi Bimbingan Konseling, Arsitek, Asrama Rusunawa, Prodi Informatika, STIKES Maranatha, Teknik sipil & Ekonomi pembangunan.

Diharapkan agar festival ini menyadarkan kita akan nilai keberagaman yang dimiliki oleh negeri ini dan tetap dijaga agar tidak pudar oleh dominasi sukuisme yang memecahkan bela persatuan dan kesatuan bangsa.



Post a Comment

0 Comments