Traktat perjanjian penentuan tapal batas negara antara Timor Indonesia dan Timor Leste mulai serius diperbincangkan pada tahun 1904.
Penentuan ini untuk membuat pemetaan dalam berdagang kayu cendana dan lilin Timor yang berkualitas dunia. Perebutan lahan cendana oleh Belanda dan Portugis berujung pada saling lapor di pengadilan arbitrasi di Prancis 26 Juni 1914.
Dalam pengadilan tersebut, Belanda memenangkan daerah-daerah basis cendana yang disengketakan. Beberapa tempat yang kaya dengan cendana yang diperebutkan adalah Haumeni dan Haumeni Ana.
Kedua wilayah di Bikomi ini dipertahankan Belanda dan saat ini menjadi wilayah tapal batas negara anatara RI-RDTL.
Dari ulasan ini, penulis ingin menyampaikan beberapa hal terkait cendana pohon yang ikonik yang telah musna di tanahnya sendiri.
Tahun lalu saat berkunjung ke Haumeni, pohon cendana, tidak lagi dijumpai di sana (mungkin ada tapi di hutan dan sedikit). Yang penulis temukan hanyalah pohon kusambi, baluntas, kemiri dan kelapa.
Melalui tulisan ini, saya mengajak untuk mengembalikan kekayaan dan kejayaan Haumeni di tanah kita. Mari kita budidaya kembali Haumeni di tanah kita.
Kita harus bersyukur sebab jauh sebelumnya orang Cina sudah menulis tentang Haumeni dalam buku sejarah Cina Daoyi Chi Lue karya Wang Da Yuan yang ditulis pada tahun 1350. Buku ini menjelaskan bahwa wilayah Timor tidak tumbuh pohon lain selain cendana
Fomeni haumeni tinggal nama dan bisa jadi generasi mendatang tidak akan mengenal Cendana secara fisik.
"Lagipula kapal-kapal Hiram, yang mengangkut emas dari Ofir, membawa dari Ofir sangat banyak kayu cendana dan batu permata yang mahal-mahal. Raja mengerjakan kayu cendana itu menjadi langkan untuk rumah TUHAN dan untuk istana raja, dan juga menjadi kecapi dan gambus untuk para penyanyi; kayu cendana seperti itu tidak datang dan tidak kelihatan lagi sampai hari ini" (1 Raj 10:11-12)
Matani, 05 Januari 2022🌷✍
0 Comments