Perempuan adalah subjek yang sering kali menjadi korban kebijakan politik, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Mengapa demikian, sebab perempuan pada hakikatnya berada di posisi kedua secara budaya dan sering diartikan sebagai kelas rendah.
Para Frater Claretian pada diskusi akademik bulan November, mengangkat realitas ketersaliban serta usaha menurunkan perempuan NTT menurut Ignacio Ellacuria.
Ellacuria mencoba menurunkan rakyat yang tertindas dari salib melalui teologi pembebasannya dalam tulisan "the crucified people.
Para frater menjadikan tulisan ini untuk mengungkap fakta perempuan NTT yang tersalib.
Suara Perempuan Dalam Diskusi
Dalam Diskusi akademik kali ini yang hadir bukan hanya para frater, bruder dan pastor terpi juga dihadiri oleh beberapa perempuan yang adalah mahasiswa dan aktivis perempuan NTT.
Bungsu, seorang Mahasiswi KMK undana, mewakili empat temannya yang juga mengambil bagian dalam diskusi ini juga memberi suara berupa sharing pengamanan di kampung halaman.
"Saya hidup di kampung dan bantak pengalaman yang saya jumpai di sana seperti penentuan panitia dalam acara selalu tidak meliibatkan perempuan padahal yg mengurus dapur adalah perempuan" cetus Bungsu.
Kemudian ia juga berbicara tentang ketidakadilan terhadap perempuan di kampung. Seperti kasus perselingkuhan selalu permpuan yang dikalahkan sementara laki-laki tidak.
Selain para mahasiswi KMK UNDANA, hadir pula Ibu Yustin selaku aktivis perempuan NTT. Ada banyak hal yang telah ia lakukan untuk menurunkan perempuan NTT dari Salib.
Dalam pemaparannya ia menyatakan bahwa tidak ada yang salah dari budaya patriakat. Baginya perlu pemahaman tentang posisi perempuan dalam budaya.
Perempuan dari dulu ada pada posisi kedua. Posisi inu bukan berati ia berada di bawah dominasi laki-laki.
Ketidakadilan Perempuan NTT
Di Nusa Tenggara Timur diperlakukan terhadap perempuan kurang adil. Hal ini tampak dalam setiap keputusan baik di rana publik maupun adat.
Perempuan NTT lebih banyak pasarah pada keadaan dan mengatakan bahwa hidup begini sebab sudah diturunkan turun-temurun.
Bagi Ibu Yustin, kekuatan seorang perempuan bukan terletak pada tetapi tindakannya tindakan oleh sebab itu seorang perempuan perlu berjuang.
Salib adalah Kemenangan
0 Comments