Dokprib |
Para Misionaris Claretian dipanggil dan dibentuk dalam Tanur Hati Maria. Untuk mengikut Kristus dalam gaya St. Antonius Maria Claret. Mereka merupakan putera-putera yang berbudaya.
Kehidupan misioner setiap Claretian tidak terlepas dari budaya masing-masing daerah. Namun dipanggil untuk membentuk satu budaya baru yakni budaya Injil yang universal.
Pada Minggu (29 Agustus 2021), Komunitas Seminari Hati Maria menggelar pentas seni budaya. Tema umum petas seni budaya ini adalah "Para Misionaris Dalam Bingkai Budaya".
Adapun para frater dan bruder dibagi dalam empat kelompok budaya besar yakni Budaya Manggarai, Budaya Nagekeo, budaya Timor Dawan dan budaya Timor Leste.
Keempat kelompok budaya ini menampilkan produk budaya masing-masing dengan maksimal, memesona dan memukau para penonton.
Kelompok budaya yang tampil pertama adalah budaya Dawan. Adapun acara budaya yang mereka pentaskan adalah natoni, tiga lagu (Oras Loron Malirin, Kuan Kefa dan Ina Ro). Lalu ditutup dengan puisi Bahasa Dawan dan Tebe bersama.
|
Kelompok kedua adalah Budaya Manggarai. Para Frater asal Manggarai mementaskan musikalisasi perbudakan orang-orang Manggarai di Batavia pada zaman kolonial. Lalu diselingi dengan musik Benggong kemudian ditutup dengan tarian Dandi.
(Budaya Manggarai) |
Kelompok ketiga adalah kelompok Nagekeo. Para frater menyanyi lagu Sangaza sambil ja'i. Kelompok Nagekeo mencakup semua frater daratan Flores non Manggarai.
(Budaya Nagekeo) |
Lalu ditutup oleh penampilan budaya Timor Leste di mana mereka memperagakan tari perjuangan meraih kemerdekaan. Setelah itu mereka tutup dengan tebe bersama.
(Budaya Timor Leste) |
Selain pentas seni budaya, pada malam ini juga Superior Komunitas SHM, P. Ferdi Mello, CMF memberikan sambutannya mengapresiasi penampilan setiap budaya.
"Kita semua lahir dari satu budaya kemudian kita dipanggil untuk membentuk budaya baru yakni budaya Injil" tegas P. Ferdi Mello, CMF.
Ia juga berpesan untuk menghindari budaya Entosentrisme dan Chauvinisme di mana kita membanggakan budaya kita dan merendahkan budaya lain.
(Yohanes Adrianus Siki) |
Setelah sambutan, P. Ferdi, CMF mengumumkan para juara dalam lomba menulis opini untuk memeriahkan HUT NKRI ke 76 dengan tema Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh. Semua frater ikut berpartisipasi dalam menulis tetapi malam hari ini hanya lima nama yang dinyatakan sebagai juara.
Juara pertama ditempati oleh Fr. Yohanes Adrianus Siki, CMF dengan judul tulisan "Ad fontes: Tangguh dan Tumbuh di Tengah Pandemi.
Juara kedua, ditempati oleh Fr. Asensius Royman Baruk, CMF dengan judul tulisan " Akal Sehat dan Kemajuan Bangsa.
Dokprib (Arsensius Royman Baruk) |
Juara ketiga oleh Fr. Agustinho da Costa Martins, CMF dengan judul tulisan "Pandemi Dan Cinta Tanah Air ". Catatan khusus dari dewan juri adalah bahwa ia penulis asing yang menulis tentang Indonesia dan menempatkan diri sebagai WNI.
Juara keempat ditempati oleh Fr. Patrianus Densi Dewa Panggo, CMF yang menulis tentang solidaritas, dan judul tulisannya adalah "Solidaritas: bukti ketangguhan masyarakat NKRI MENGHADAPI COVID"
Lalu juara kelima adalah Fr. Ponsianus Ladung, CMF dengan judul tulisan "Bersatu Menuju Bangsa Yang Tangguh".
|
Setelah itu Sie Olah raga juga mengumumkan kelompok pemenang Turnamen HUT RI 76. Yang pertama adalah Bung Tomo, kedua Soedirman ketiga Soekarno dan keempat Bung Hatta.
Pentas seni budaya yang digelar malam ini menunjukan bahwa setiap misionaris mempunyai kapasitas yang unik.
Dan keindahan terdapat dalam keberagaman. Dengan keberagaman ini, kita dipanggil untuk menata keindahan hidup bersama dalam bungkai budaya.
0 Comments