Pepatah tua mengatakan dalam laut dapat diukur dalam hati siapa tahu. Berbicara tentang hati. Kita akan bercabang pikiran. Lantaran kata hati sendiri mempunyai dua makna yang berlainan sama sekali. Dalam kaidah Bahasa Indonesia Hati mempunyai dua pengertian yang berbeda.
Pengertian pertama hati sebagai organ dalam yang berfungsi untuk menghancurkan racun dalam darah dan menghasilkan protein dalam pencernaan dan menyimpan nutrisi penting dalam tubuh. Pengertian yang kedua adalah hati sebagai perasaan.
Dalam bincang-bincang di meja kami sempat mendiskusikan hati dalam pengertian bahasa Daerah. Di dalam bahasa Manggarai, hati sebagai organ adalah ati dan hati sebagai perasaan adalah nai. Bahasa Dawan, hati sebagai organ adalah atef, dan hati sebagai perasaan adalah nekaf. Demikian juga dalam bahasa Tetum, hati sebagai organ adalah aten dan hati sebagai perasaan adalah fuan.
Berkaitan dengan penantian kita untuk merayakan Hati Tak Bernoda Maria. Kita selama delapan hari ini yang menjadi pusat pemenungan kita adalah hati sebagai perasaan.
Dari sekian banyak manusia dari abad ke abad, generasi ke generasi Bunda Maria telah menjadikan hatinya Palung yang kudus tempat Yesus bersemayam sebelum dikandung dalam rahim dan dilahirkan. Hati Maria model hati dalam perziarahan iman.
Kita sejenak menengok peran hati Maria dalam peristiwa di Kana dalam bacaan Injil yang telah kita dengarkan. Dikisahkan dalam Injil, Yesus Bunda Maria dan Para Murid diundang untuk menghadiri pesta pernikahan di Kana. Di tengah euforia yang tak terkendali, tuan pesta kehabisan anggur. Datanglah Bunda Maria mendekati Yesus dan meminta agar Yesus melakukan sesuatau.
Di dalam teks tidak tertulis secara eksplisit bahwa Yesus menyetujui permintaan Ibu-Nya. Yang bisa kita baca adalah ‘’Mau apakah engkau daripadaku ibu. Saatku belum tiba.’’ Lalu tak lama kemudian Yesus menyuruh mereka untuk mengisi kendi-kendi dengan air.
Terjadinya mujizat di Kana berkat peran hati Maria yang memahami perkataan Puteranya bukan dengan pikiran tetapi dengan perasaan yang bertembuh dan mekar dari hatinya.
Yesus mengatakan bahwa saatnya belum tiba namun Maria menyampaikan kepada para pelayan untuk melalukan seperti yang dikatan-Nya.
Di sini kita menemukan komunikasi hati ke hati antara Yesus dan Maria. Bunda Maria telah membawa kehormatan bagi tuan pesta setelah memperkenalkan mereka kepada Yesus.
Dengan demikian seruan Per Mariam Ad Jesum bukan sekadar permainan kata tetapi sungguh-sungguh karya anggung Allah melalui hati Maria. Tuan Pesta kehabisan anggur. Anggur dalam budaya Yahudi merupakan tanda sukacita dan kegembiraan. Kehabisan anggur berarti kehabisan sukacita.
Kehadiran Yesus membawa sukacita. Namun sukacita itu datang ketika krisis menerpa. Tuan Pesta mengundang Yesus dan para murid sebagai tamu undangan biasa. Mereka diundang untuk sekadar hadir lalu selesai acara mereka kembali.
Bunda Maria memperkenalkan Yesus di tengah krisis yang menerpa tuan pesta. Tuan Pesta menempatkan Tuhan sebagai tamu undangan sedangkan Maria menempatkan Yesus sebagai nafas hidupnya. Kerap kali dalam kehidupan bersama kita mungkin menempatkan Tuhan sebagai tamu dan tidak memberikan-Nya ruang untuk menyatu bersama kita.
Pesta di Kana mengajarkan kita banyak hal bahwa Tuhan harus dihadirkan sebagai tuan pesta bukan sebagai tamu undangan. Sekiranya Tuhan menjadi pusat maka tidak akan ada kekurangan sana-sini. Pertama-tama kita lupa menempatkan Tuhan dalam inti setiap peristiwa dan pengalaman hidup kita.
Hati Maria adalah teladan iman yang menempatkan Tuhan di setiap kehidupannya. Maria selalu bersama Tuhan. Kegembiraan tanpa melibatkan Tuhan, kegembiraan itu akan dibatasi oleh ruang dan waktu.
Namun ketika Tuhan turut bekerja dalam hati dan diberi ruang untuk tinggal dalam hati kita, segalanya menjadi baik dan sukacita kita menjadi sempurnah. Setiap pengalaman harian kita pertama-tama harus menjadikan Tuhan sebagai bagian dari hidup kita bukan sebagai tamu undangan.
Hati Maria adalah hati yang menyatu dengan hati yesus karena degub jantung dan denyut nadi Yesus adalah degub jantung dan denyut nadinya. Darah Yesus adalah darah Maria. Karena inilah Maria menjadi istimewa di hadapan Allah dan dihormati oleh manusi.
Perayaan Ekaristi setiap hari adalah panggilan Tuhan agar kita boleh menyatukan denyut nadi dan degub jantung kita dengan Yesus dalam santapan Tubuh dan Darah-Nya.
Bunda Maria telah mengandung dan melahirkan Yesus maka kita sebagai para pewarta sabda melalui Ekaristi dan sabda, kita dipanggil untuk menyatukan perasaan kita dengan Yesus sebagaimana hati Maria yang selalu dan senantiasa menyatu dengan hati Yesus sehingga komunikasi yang dibagun tidak hanya dipahami dengan pikiran belaka tetapi juga dengan perasaan juga, sebab manusa tanpa perasaan adalah bebal dan manusia tanpa pikiran adalah bego.
Bersama hati Maria kita menyatukan pikiran dan perasaan bersama Yesus agar satu dalam tindakan kasih yang nyata dan boleh membawa semakin banyak orang kepada Yesus pusat dan inti kehidupan kita.
Dokprib |
0 Comments