Sakari Ono (Mantan Prajurit Jepang) |
Setelah dua kota besar di Jepang, Nagasaki (6 Agustus 1945: Bom " Little Boy") dan Hiroshima (9 Agustus 1945: Bom " Fat Man") dilumpuhkan oleh oleh Sekutu, para Prajurit Jepang kehilangan komando. Mereka ibarat anak ayam yang tercerai dari induknya. Beberapa prajurit memilih untuk melakukan harakiri (bunuh diri) namun beberapa memutuskan untuk bergabung bersama TKR berperang melawan sekutu.
Data yang dihimpun oleh Yayasan Warga Persahabatan di Jakarta mencatat bahwa ada sebanyak 903 prajurit Jepang yang ikut bergerilya bersama pejuang-pejuang Indonesia. Sebanyak 531 orang (59%) tewas dan hilang, 324 orang (36%) menjadi warga negara Indonesia, dan sisanya, 45 orang (5%), pulang ke negaranya.
Dari data ini, salah satu prajurit Jepang yang namanya diabadikan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah Rahmat Shigeru Ono alias Sakari Ono. Ia lahir di Furano, Hokkaido, pada 26 September 1919. Ono bergabung dengan tentara Indonesia sejak Desember 1945, hampir lima bulan setelah pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Pada masa perang, Ono menjadi anggota Pasukan Gerilja Istimewa (PGI), salah satu pasukan elit Indonesia yang dibentuk pada Juli 1948 dan bermarkas di Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. PGI dipimpin Tomogero Yoshizumi alias Bung Arif dan wakilnya, Tatsuo Ichiki alias Abdul Rachman.
Sakari Ono mendapatkan status kewarganegaraan Indonesia pada tahun 1950 setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Ia pin wafat di Malang pada 25 Agustus 2014. Namanya terus dikenang sebagai pahlawan yang turut mengambil bagian dalam perang kemerdekaan.
Dari catatan sejarah ini, rakyat Indonesia patut bersyukur bahwasanya berkat kelihaian para prajurit Jepang dalam pertempuran melawan SEKUTU, rakyat Indonesia boleh memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Dan mendapat pengakuan kedaulatan dunia Internasional pada tahun 1950.
Sumber: https://nasional.tempo.co/read/600696/shigeru-ono-prajurit-jepang-pembela-nkri.
0 Comments