(Menunduk Adalah Pekerjaan)
Manusia
pada dasarnya dapat mengerti dua jenis bahasa yakni bahasa verbal dan bahasa
tubuh. Bahasa verbal yang ada di muka bumi beragam dan setiap suku bangsa
memiliki bahasa verbalnya sendiri. Namun, di balik bahasa verbal yang banyak
dan beragam terdapat bahasa tubuh atau yang biasa dikenal dengan gertur atau
kinesika. Pada umumnya bahasa tubuh digunakan oleh para pekerja di panti
orang-orang cacat terutama mereka yang tuli. Dan gerakan tubuh dan tangan
sangat membantu mereka untuk bisa saling berkomunikasi dengan baik.
Bahasa
tubuh tidak hanya digunakan oleh para pekerja panti untuk berkomunikasi dengan
orang-orang tuli. Namun, jauh melampaui hal itu, penggunaannya orang-orang yang normal secara
fisik pun dapat menggunakan komunikasi bahas tubuh untuk aktualisasi diri. Ada
begitu banyak orang hebat menunjukan kemampuan mereka dengan bahasa tubuh. Ternyata, bahasa
tubuh maknanya jauh lebih mendalam daripada bahasa verbal.
Salah
satu bahasa tubuh yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah menunduk. Kata
menunduk berasal dari kata dasar tunduk yang berarti melihat ke bawah atau
membuat kepala tidak tegak. Sepintas lalu, pengertian menunduk dipahami sekadar
sebagai suatu gerakan melihat ke bawah. Memang benar adanya dan terlihat
demikian adanya. Namun, jauh melampaui itu, ada makna terdalam yang hendak kita
gali dan pelajari dan menunduk. Penggalian yang mendalam akan makna menunduk
kemudian dikenal dengan filosofi menunduk.
Menunduk Sebagai Opus
Celebrale
Sebagian
besar patung para filsuf Yunani kuno tidak terlihat tegak dengan memandang ke
depan tetapi hampir semuanya menunduk. Apa arti menunduk secara filosofis di
sini? Setelah melewati beberapa kajian terutama dengan melihat patung-patung
para filsuf Yunani tersebut, dapat kita pahami bahwa menunduk adalah aktivitas
terselubung dari berpikir. Orang yang
menundukkan kepala menandakan ia sedang memikirkan sesuatu atau sedang melakukan
kerja otak (Opus Celebrale). Dan
banyak karya besar lahir dari menunduk.
Para filsuf menundukkan kepala bukan karena mengantuk melainkan mereka sedang merangkai pikiran mereka menjadi karya ilmiah dan sejarah telah mencatat bahwa hasil tundukan mereka telah mengubah peradaban intelektual dunia. Para pemikir menunduk untuk melahirkan ide-ide brilian. Melalui tundukan itu, banyak karya ilmiah tercipta dan dapat dinikmati oleh semua orang. Menunduk untuk berpikir adalah tanda kerendahan hati sebab dengan melihat ke tanah, kita menyadari kefanaan kita bahwa suatu waktu kita akan kembali menjadi tanah. Dengan demikian makna pertama dari menunduk adalah berpikir atau kerja otak (Opus Celebrale).
Menunduk Sebagai Opus
Manuale
Makna
menunduk yang kedua adalah aktivitas kerja fisik seperti menunduk untuk
mencangkul, membersihkan lahan dan kerja tangan lainnya. Di sini makna menuduk
sudah bertambah. Bahwa menunduk tidak hanya untuk kerja otak tetapi juga kerja
tangan. Orang-orang yang rajin bekerja, ia tidak akan mengangkat muka sebelum
pekerjaannya selesai. Orang yang menunduk adalah orang yang tekun dengan tugas
dan kerja yang ia jalani. Ia tidak akan beranjak dari sana atau mengangkat muka
sebelum apa yang ia kerjakan selesai.
Selain
itu, menunduk dalam bekerja menandakan bahwa kita sungguh serius dan tekun
dengan apa yang sedang kita geluti. Dalam kasus lain, kita dapat mengerti bahwa
menundukkan menunjukan keseriusan dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai contoh,
saat berada di ruang ujian, orang, orang yang menunduk untuk mengerjakan soal
sampai selesai lalu menegakan kepala untuk pergi dan mengumpulkan hasil
pekerjaan itu, hal itu menunjukan bahwa orang itu sungguh serius dalam belajar
sehingga saat ujian ia hanya menunduk untuk mengerjakan soal yang ia hadapi dan
tidak mengangkat kepala untuk melihat karya orang lain. Di sini, makna menunduk dimengerti sebagai
kerja tangan (Opus Manuale).
Menunduk Sebagai Opus
Corde
Makna
ketiga dari menunduk adalah tanda kerendahan hati. Di sini orang bekerja menggunakan hati atau
kerja hati ( Opus Corde). Orang yang
bekerja dengan hati sudah pasti ia bekerja hati-hati. Namun menunduk sebagai
pekerjaan hati adalah sebuah kegiatan dari hati yang merendah. Menunduk
menunjukan kerendahan hati. Semakin kerja otaknya baik dan kerja tangannya
berbuah, saatnya ia bekerja dengan hati di mana ia harus menunduk agar tidak
tergoda untuk menyombongkan diri. Banyak orang ketika sukses dalam kerja otak
dan tangan lupa untuk kerja hati.
Hal
demikian kemudian membuat orang jatuh pada godaan kesombongan dan perasaan
superioritas dari mereka yang lain. Sekali lagi kerja hati sangat penting untuk
menyadari diri bahwa apa yang dimiliki tidak boleh dipamerkan apalagi
menjatuhkan orang lain yang tidak memiliki kemampuan seperti kita. Pada bagian
ini kita diminta untuk belajar dari ilmu padi semakin berisi semakin menunduk.
Makna
lain dari menunduk sebagai kerja hati adalah kesadaran akan kehinaan dan
kesalahan. Orang yang hatinya peka, ia akan menundukkan kepala tatkala ia
dirundung kesalahan sehingga orang yang menyadari kesalahan dengan rasa malu
dan menundukkan kepada, ia telah memaknai menunduk sebagai kerja hati sebab hati
manusia yang peka akan kesalahan akan selalu menunduk sebagai tanda silih atas
kesalahan. Ini adalah kerja hati sejati (opus
corde).
Menunduk Sebagai Opus
Dei
Makna
kelima dari menunduk adalah karya Allah
(Opus Dei). Makna ini tidak terlepas
dari karya ajaib Allah atas alam semesta. Langit dan bumi serta segala isinya
merupakan karya ilahi. Dan dalam konteks menunduk, Allah dari atas
kemegahan-Nya menundukkan diri untuk menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Dan ketika segalanya telah
dijadikan, Allah menunduk dan membentuk manusia dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup lalu manusia hidup (Bdk Kej 2:7).
Demikian Allah memandang dari langit (menunduk) dan melihat semua yang diciptakannya baik adanya. Dengan menunduk Allah turun dari takhta dan menciptakan segala yang ada. Ia menunduk agar manusia boleh hidup. Dan ketika Yesus mengakhiri jalan salib, Ia menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya (Bdk Yoh 19:30b). Menunduk menandakan penyerahan diri seutuhnya kepada siapa yang kita hadapi. Dengan demikian, menunduk juga merupakan karya agung mulai penciptaan hingga Yesus Kristus mengakhiri pewartaan-Nya di dunia. Allah menunduk untuk karya ilahi, karya keselamatan (Opus Dei).
1 Comments
Mantap Frater
ReplyDelete