Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Filosofi Menunduk

 

(Menunduk Adalah Pekerjaan)

Manusia pada dasarnya dapat mengerti dua jenis bahasa yakni bahasa verbal dan bahasa tubuh. Bahasa verbal yang ada di muka bumi beragam dan setiap suku bangsa memiliki bahasa verbalnya sendiri. Namun, di balik bahasa verbal yang banyak dan beragam terdapat bahasa tubuh atau yang biasa dikenal dengan gertur atau kinesika. Pada umumnya bahasa tubuh digunakan oleh para pekerja di panti orang-orang cacat terutama mereka yang tuli. Dan gerakan tubuh dan tangan sangat membantu mereka untuk bisa saling berkomunikasi dengan baik.

Bahasa tubuh tidak hanya digunakan oleh para pekerja panti untuk berkomunikasi dengan orang-orang tuli. Namun, jauh melampaui hal itu,  penggunaannya orang-orang yang normal secara fisik pun dapat menggunakan komunikasi bahas tubuh untuk aktualisasi diri. Ada begitu banyak orang hebat menunjukan kemampuan  mereka dengan bahasa tubuh. Ternyata, bahasa tubuh maknanya jauh lebih mendalam daripada bahasa verbal.

Salah satu bahasa tubuh yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah menunduk. Kata menunduk berasal dari kata dasar tunduk yang berarti melihat ke bawah atau membuat kepala tidak tegak. Sepintas lalu, pengertian menunduk dipahami sekadar sebagai suatu gerakan melihat ke bawah. Memang benar adanya dan terlihat demikian adanya. Namun, jauh melampaui itu, ada makna terdalam yang hendak kita gali dan pelajari dan menunduk. Penggalian yang mendalam akan makna menunduk kemudian dikenal dengan filosofi menunduk.

Menunduk Sebagai Opus Celebrale

Sebagian besar patung para filsuf Yunani kuno tidak terlihat tegak dengan memandang ke depan tetapi hampir semuanya menunduk. Apa arti menunduk secara filosofis di sini? Setelah melewati beberapa kajian terutama dengan melihat patung-patung para filsuf Yunani tersebut, dapat kita pahami bahwa menunduk adalah aktivitas terselubung dari berpikir. Orang yang menundukkan kepala menandakan ia sedang memikirkan sesuatu atau sedang melakukan kerja otak (Opus Celebrale). Dan banyak karya besar lahir dari menunduk.

Para filsuf menundukkan kepala bukan karena mengantuk melainkan mereka sedang merangkai pikiran mereka menjadi karya ilmiah dan sejarah telah mencatat bahwa hasil tundukan mereka telah mengubah peradaban intelektual dunia. Para pemikir menunduk untuk melahirkan ide-ide brilian. Melalui tundukan itu, banyak karya ilmiah tercipta dan dapat dinikmati oleh semua orang. Menunduk untuk berpikir adalah tanda kerendahan hati sebab dengan melihat ke tanah, kita menyadari kefanaan kita bahwa suatu waktu kita akan kembali menjadi tanah. Dengan demikian makna pertama dari menunduk adalah berpikir atau kerja otak (Opus Celebrale).

Menunduk Sebagai Opus Manuale

Makna menunduk yang kedua adalah aktivitas kerja fisik seperti menunduk untuk mencangkul, membersihkan lahan dan kerja tangan lainnya. Di sini makna menuduk sudah bertambah. Bahwa menunduk tidak hanya untuk kerja otak tetapi juga kerja tangan. Orang-orang yang rajin bekerja, ia tidak akan mengangkat muka sebelum pekerjaannya selesai. Orang yang menunduk adalah orang yang tekun dengan tugas dan kerja yang ia jalani. Ia tidak akan beranjak dari sana atau mengangkat muka sebelum apa yang ia kerjakan selesai.

Selain itu, menunduk dalam bekerja menandakan bahwa kita sungguh serius dan tekun dengan apa yang sedang kita geluti. Dalam kasus lain, kita dapat mengerti bahwa menundukkan menunjukan keseriusan dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai contoh, saat berada di ruang ujian, orang, orang yang menunduk untuk mengerjakan soal sampai selesai lalu menegakan kepala untuk pergi dan mengumpulkan hasil pekerjaan itu, hal itu menunjukan bahwa orang itu sungguh serius dalam belajar sehingga saat ujian ia hanya menunduk untuk mengerjakan soal yang ia hadapi dan tidak mengangkat kepala untuk melihat karya orang lain.  Di sini, makna menunduk dimengerti sebagai kerja tangan (Opus Manuale).

Menunduk Sebagai Opus Corde

Makna ketiga dari menunduk adalah tanda kerendahan hati.  Di sini orang bekerja menggunakan hati atau kerja hati ( Opus Corde). Orang yang bekerja dengan hati sudah pasti ia bekerja hati-hati. Namun menunduk sebagai pekerjaan hati adalah sebuah kegiatan dari hati yang merendah. Menunduk menunjukan kerendahan hati. Semakin kerja otaknya baik dan kerja tangannya berbuah, saatnya ia bekerja dengan hati di mana ia harus menunduk agar tidak tergoda untuk menyombongkan diri. Banyak orang ketika sukses dalam kerja otak dan tangan lupa untuk kerja hati.

Hal demikian kemudian membuat orang jatuh pada godaan kesombongan dan perasaan superioritas dari mereka yang lain. Sekali lagi kerja hati sangat penting untuk menyadari diri bahwa apa yang dimiliki tidak boleh dipamerkan apalagi menjatuhkan orang lain yang tidak memiliki kemampuan seperti kita. Pada bagian ini kita diminta untuk belajar dari ilmu padi semakin berisi  semakin menunduk.

Makna lain dari menunduk sebagai kerja hati adalah kesadaran akan kehinaan dan kesalahan. Orang yang hatinya peka, ia akan menundukkan kepala tatkala ia dirundung kesalahan sehingga orang yang menyadari kesalahan dengan rasa malu dan menundukkan kepada, ia telah memaknai menunduk sebagai kerja hati sebab hati manusia yang peka akan kesalahan akan selalu menunduk sebagai tanda silih atas kesalahan. Ini adalah kerja hati sejati (opus corde).

Menunduk Sebagai Opus Dei

Makna kelima dari menunduk adalah  karya Allah (Opus Dei). Makna ini tidak terlepas dari karya ajaib Allah atas alam semesta. Langit dan bumi serta segala isinya merupakan karya ilahi. Dan dalam konteks menunduk, Allah dari atas kemegahan-Nya menundukkan diri untuk menciptakan alam semesta dengan  segala isinya. Dan ketika segalanya telah dijadikan, Allah menunduk dan membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup lalu manusia hidup (Bdk Kej 2:7).

Demikian Allah memandang dari langit (menunduk) dan melihat semua yang diciptakannya baik adanya. Dengan menunduk Allah turun dari takhta dan menciptakan segala yang ada. Ia menunduk agar manusia boleh hidup. Dan ketika Yesus mengakhiri jalan salib, Ia menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya (Bdk Yoh 19:30b). Menunduk menandakan penyerahan diri seutuhnya kepada siapa yang kita hadapi. Dengan demikian, menunduk juga merupakan karya agung mulai penciptaan hingga Yesus Kristus mengakhiri pewartaan-Nya di dunia. Allah menunduk untuk karya ilahi, karya keselamatan (Opus Dei).

Post a Comment

1 Comments