sanskertaonline.com |
Senja dan jingga dua sejoli jelita bak permata jiwa yang terpahat indah di prasasti sukma menari ria di bentangan langit petang sembari menanti Sang Surya yang sedang mengayun langkah menuju pelukan malam tempat peraduan cinta bersama sang kekasih puteri jelita malam Rembulan nan indah paras wajah.
Desiran ombak riuh bersahutan di sepanjang pesisir Teluk Kupang sembari beradu pandang dengan pesona Pantai Lasiana dengan tatapan menggoda penuh gairah. Hembusan bayu senja menggetarkan pelepah dan daun lontar. Getaran cinta sang bayu menjatuhkan saboak-saboak yang nikmat dan manis tuk dicicipi siang hati kala terik matahati menyengat hingga relung kalbu.
Rayuan Pantai Lasiana destinasi wisata kebanggaan Kota Kupang menggoda lara untuk enggan minggat darinya. Ibarat magnet ia menarik penuh pesona sembari memanjakan para pengunjung yang
enggan beranjak dari pesona laut yang dibaluti burung-burung camar dan lampu
bagan nelayang yang berkelap kelip di tengah laut.
Hari
semakin remang. Sang surya telah menghilang dari peredaran. Anak-anak pesisir
pantai membereskan jala, sebagian orang menikmati keindahan teluk Kupang
ditemani lampu-lampu sepanjang pantai yang telah dipasang pemerintah Kota
Kupang.
Senja di Pantai Lasiana |
Ketakutan warga Kupang di musim hujan ini adalah naiknya air laut. Sehingga banyak warga yang enggan mendekati pantai. Walaupun demikian, kaum muda terus berdatangan memadati pantai di sekitar Nunsui hingga Oesapa sembari menikmati pesona malam Oesapa dengan Lopo-lopo dengan sajian romantisme di akhir tahun.
Vian
dan Karel bersama teman-teman lain turut menikmati malam di pantai warna Oesapa
yang teduh. Pemandangan teluk Kupang di malam hari semakin indah dengan
kelap-kelip bagan ikan para nelayan Kota Kupang yang bekerja di malam hari
untuk mencari ikan.
"Wiss
sapa yang pi bangun rumah di tengah laut sana?" kata Karel. "We, su mau tua di
Kupang ju masih heran-heran ni. Itu bukan rumah o'on, itu bagan ikan yang
dipasang untuk jebak ikan" kata Vian. "O sorry masalahnya ini malam na jadi b
son tau" balas Karel. "Vian besok bawa Karel kembali ko liat bae-bae di siang
hari mungkin di malam hari dia punk mata hanya bisa liat paku alus dong sa hhh" kata Tomi salah satu teman Vian.
"B curiga dia punk mata hanya mau liat orang punk anak nona sa hh" kata Vian. "Eh masih baik, daripada satu orang di muka bumi
yang mau tembak nona ma gagal terus hhh" kata karel. "Ah cukup su, neo katong makan su" kata Vian menghentikan perdebatan tentang mata.
***
"Malam
Kaks, apa kabar, salam damai Natal e" chat Inggrit ke Masto. "Salam damai natal ju" balas Masto. "Kaka
sehat-sehat to? balas Inggrit. "Aman b sehat sa, b harap lu ju sehat-sehat e" lanjut Masto.
Masto
sudah berusaha untuk menghindar dari Inggrit namun selalu gagal. Komunikasi di
antara keduanya terus berlanjut meski Masto sudah membulatkan tekad untuk melanjutkan panggilannya. Namun
tiada hari tanpa mendapat chat dari Inggrit. Sebenarnya Masto sudah berusaha
untuk menghindar namun selalu ada cela untuk Inggrit masuk.
Inggrit
masih menunggu dengan harapan untuk melihat Masto ditahbiskan sehingga ia boleh menikah
dengan pria yang telah melamarnya beberapa bulan lalu. Ia berharap jika bukan
panggilan keduanya melanjutkan kisah cinta mereka ke jenjang yang lebih serius. Namun Masto sudah tidak membuka harapan bagi Inggrit dan tetap
setia dengan panggilannya.
Lina
sudah berulang kali menasehatinya namun ia tidak menggubrisnya. Semua ini
karena cinta. Kencintaan Inggrit kepada Masto tiada duannya. Ia bahkan marah
jika Masto tidak membalas chat dan telponnya. Semua ini Masto lihat sebagai penyedap
rasa panggilan.
***
Kepenatan seminari pada akhir tahun dengan kesibukan untuk latihan koor dan ajuda serta
membuat panduan natal membuat Filip menguras banyak tenaga. Nyaris ia tidak mempunyai
waktu untuk menelpon orang tuanya di kampung. Setelah perayaan Natal, ia
mendaftar paket telpon biasa sebab ayah dan ibunya tidak menggunakan hp layar
sentuh.
Saat
para seminaris salam-salaman natal di sekitar kompleks seminari, Filip menelpon
keluarganya memberi salam Natal dan menanyakan kabar tentang keadaan mereka di
kampung di musim hujan tahun ini. Orang tua Filip keluarga yang sederhana namun
cukup berpengaruh di kampung.
Lika-liku
hidup Filip cukup rumit. Dia menghabiskan banyak waktu dengan keluarga besar. Bahkan
setelah tamat SMP ia sudah berada di Atambua untuk melanjutkan pendidikannya di
seminari menengah. Kabar tentang rencananya untuk masuk seminari tidak
diketahui banyak orang. Ia mengikuti tes masuk dan lulus secara diam-diam.
"Salam
damai natal mama, apa kabar?" kata Filip via telepon. "Salam damai natal juga,
mama sakit su dua minggu. Sekarang sudah agak mendingan" kata mama Sia. "Syukurlah
nanti mama minum obat dan kalo ada daun Afrika makan juga itu obat yang paling mujarab" kata Filip. "Ai frater itu dan son ada di sini nanti kalo pulang libur
bisa bawa supaya tanam di sini" kata mama Sia dengan suara sayu.
"Ma,
b pernah dengan Kaka Tory cerita bilang ada satu satu gadis umur 7 tahun kas tunjuk b punk foto di dia dan
bilang tanta ini b punk kaka" kata Filip. ‘Oww itu, bapa ko, biar su jangan
omong su te bikin sakit hati sa. Biar katong bawa semua dalam doa" kata mama Sia. "Ma itu karman?" tanya Filip. "Mama masih sakit hati sampai hari ini, cukup
biar Tuhan yang tau" kata mama Sia sendu. "Ma dong omong apa sa?" tanya Filip. "Itu
dulu pas mau urus frater pun mama dengan……." "Tititik" telpon terputus. Pulsa habis.
Bersambung✍
0 Comments