Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Jubah dan Luka ( Part 34)

 

sanskertaonline.com

Senja dan jingga dua sejoli jelita bak permata jiwa yang terpahat indah di prasasti sukma menari ria di bentangan langit petang sembari menanti Sang Surya yang sedang mengayun langkah menuju pelukan malam tempat peraduan cinta bersama sang  kekasih puteri jelita malam Rembulan nan indah paras wajah.

Desiran ombak riuh bersahutan di sepanjang pesisir Teluk Kupang sembari beradu pandang dengan pesona Pantai Lasiana dengan tatapan menggoda penuh gairah. Hembusan bayu senja menggetarkan pelepah dan daun lontar. Getaran cinta sang bayu menjatuhkan saboak-saboak yang nikmat dan manis tuk dicicipi siang hati kala terik matahati menyengat hingga relung kalbu.

Rayuan Pantai Lasiana destinasi wisata kebanggaan Kota Kupang menggoda lara untuk enggan minggat darinya. Ibarat magnet ia menarik penuh pesona sembari memanjakan para pengunjung yang enggan beranjak dari pesona laut yang dibaluti burung-burung camar dan lampu bagan nelayang yang berkelap kelip di tengah laut.

Hari semakin remang. Sang surya telah menghilang dari peredaran. Anak-anak pesisir pantai membereskan jala, sebagian orang menikmati keindahan teluk Kupang ditemani lampu-lampu sepanjang pantai yang telah dipasang pemerintah Kota Kupang.

Senja di Pantai Lasiana

Ketakutan warga Kupang di musim hujan ini adalah naiknya air laut. Sehingga banyak warga yang enggan mendekati pantai. Walaupun demikian, kaum muda terus berdatangan memadati pantai di sekitar Nunsui hingga Oesapa sembari menikmati pesona malam Oesapa dengan Lopo-lopo dengan sajian romantisme di akhir tahun.

Vian dan Karel bersama teman-teman lain turut menikmati malam di pantai warna Oesapa yang teduh. Pemandangan teluk Kupang di malam hari semakin indah dengan kelap-kelip bagan ikan para nelayan Kota Kupang yang bekerja di malam hari untuk mencari ikan.

"Wiss sapa yang pi bangun rumah di tengah laut sana?" kata Karel. "We, su mau tua di Kupang ju masih heran-heran ni. Itu bukan rumah o'on, itu bagan ikan yang dipasang untuk jebak ikan" kata Vian. "O sorry masalahnya ini malam na jadi b son tau" balas Karel. "Vian besok bawa Karel kembali ko liat bae-bae di siang hari mungkin di malam hari dia punk mata hanya bisa liat paku alus dong sa hhh" kata Tomi salah satu teman Vian.

"B curiga dia punk mata hanya mau liat orang punk anak nona sa hh" kata Vian. "Eh masih baik, daripada satu orang di muka bumi yang mau tembak nona ma gagal terus hhh" kata karel. "Ah cukup su, neo katong makan su" kata Vian menghentikan perdebatan tentang mata.


***

"Malam Kaks, apa kabar, salam damai Natal e" chat Inggrit ke  Masto. "Salam damai natal ju" balas Masto. "Kaka sehat-sehat to? balas Inggrit. "Aman b sehat sa, b harap lu ju sehat-sehat e" lanjut Masto.

Masto sudah berusaha untuk menghindar dari Inggrit namun selalu gagal. Komunikasi di antara keduanya terus berlanjut meski Masto sudah membulatkan tekad untuk melanjutkan panggilannya. Namun tiada hari tanpa mendapat chat dari Inggrit. Sebenarnya Masto sudah berusaha untuk menghindar namun selalu ada cela untuk Inggrit masuk.

Inggrit masih menunggu dengan harapan untuk melihat Masto ditahbiskan sehingga ia boleh menikah dengan pria yang telah melamarnya beberapa bulan lalu. Ia berharap jika bukan panggilan keduanya melanjutkan kisah cinta mereka ke jenjang yang lebih serius. Namun Masto sudah tidak membuka harapan bagi Inggrit dan tetap setia dengan panggilannya.

Lina sudah berulang kali menasehatinya namun ia tidak menggubrisnya. Semua ini karena cinta. Kencintaan Inggrit kepada Masto tiada duannya. Ia bahkan marah jika Masto tidak membalas chat dan telponnya. Semua ini Masto lihat sebagai penyedap rasa panggilan.


***

Kepenatan seminari pada akhir tahun dengan kesibukan untuk latihan koor dan ajuda serta membuat panduan natal membuat Filip menguras banyak tenaga. Nyaris ia tidak mempunyai waktu untuk menelpon orang tuanya di kampung. Setelah perayaan Natal, ia mendaftar paket telpon biasa sebab ayah dan ibunya tidak menggunakan hp layar sentuh.

Saat para seminaris salam-salaman natal di sekitar kompleks seminari, Filip menelpon keluarganya memberi salam Natal dan menanyakan kabar tentang keadaan mereka di kampung di musim hujan tahun ini. Orang tua Filip keluarga yang sederhana namun cukup berpengaruh di kampung.

Lika-liku hidup Filip cukup rumit. Dia menghabiskan banyak waktu dengan keluarga besar. Bahkan setelah tamat SMP ia sudah berada di Atambua untuk melanjutkan pendidikannya di seminari menengah. Kabar tentang rencananya untuk masuk seminari tidak diketahui banyak orang. Ia mengikuti tes masuk dan lulus secara diam-diam.

"Salam damai natal mama, apa kabar?" kata Filip via telepon. "Salam damai natal juga, mama sakit su dua minggu. Sekarang sudah agak mendingan" kata mama Sia. "Syukurlah nanti mama minum obat dan kalo ada daun Afrika makan juga itu obat yang paling mujarab" kata Filip. "Ai frater itu dan son ada di sini nanti kalo pulang libur bisa bawa supaya tanam di sini" kata mama Sia dengan suara sayu.

"Ma, b pernah dengan Kaka Tory cerita bilang ada satu satu gadis umur  7 tahun kas tunjuk b punk foto di dia dan bilang tanta ini b punk kaka" kata Filip. ‘Oww itu, bapa ko, biar su jangan omong su te bikin sakit hati sa. Biar katong bawa semua dalam doa" kata mama Sia. "Ma itu karman?" tanya Filip. "Mama masih sakit hati sampai hari ini, cukup biar Tuhan yang tau" kata mama Sia sendu. "Ma dong omong apa sa?" tanya  Filip. "Itu dulu pas mau urus frater pun mama dengan……." "Tititik" telpon terputus. Pulsa habis.

Bersambung✍

Post a Comment

0 Comments