Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Jubah dan Luka ( Part 31)

 

sanskertonline.com

Senja penanti setia taman langit petang ditemani jingga, membias di sekujur ufuk barat seraya ngap-ngap menanti sang Surya yang hendak ke peraduannya. Semilir bayu senja nan manja menusuk sukma membawa lara menuju peraduan kenangan yang telah dibubuhi butir-butir cinta.

Hari beranjak malam, terang  rembulan mulai menampakan pesona senyumnya dibaluti terang memerah bak lipstik perawan tuk menggoda raga.

Halimun Desember terus bertengger di puncak sunyi berjibaku dengan kelam masa silam yang penuh dengan jejak rintik-rintik hujan kenangan yang lebat membawa jiwa bertualang hingga negeri antah beranta yang penuh hiruk pikuk ke dalam suatu situasi yang penuh gairah duniawi akan masa yang tak menentu.

Rinai-rinai hujan kembali menyapa kesunyian. Malam pekat ditemani cahaya pelita menambah pesona gulita nan syahdu ditemani balada sendu kalbu yang meniti jalan sepanjang jejak kenangan menuju suatu masa depan yang penuh pesona lara.

Mira dan Dea kini menikmati masa-masa yang indah bersama keluarga setelah menyelesaikan semua tugas dan tuntutan akademik di Kota Kupang. Mira menikmati kesunyian alam di kampung halaman yang indah di temani gadis-gadis desa lain, ia menceritakan semua kenangannya bersama teman-teman Lopo Literasi yang kocak dan penuh kenangan.

Dea bersama ibunya menikmati alam yang indah di Lomlen yang penuh dengan kisah penangkapan ikan paus yang luar biasa dan bisa dibagikan untuk seluruh kampung bila musim tangkap sudah dekat.

"Malam Dea, apa kabar?" chat Mira. "Kabar baik sa, apa kabar ju di situ?" balas Dea. "Syukurlah, di sini juga baik-baik sa" lanjut Mira. ‘O ya ada kabar ko dengan teman-teman di Kupang?" lanjut Dea. "Beta belum kontak sih, terus lu su kontak ko tanya-tanya kabar?" balas Mira.

Keduanya bernostalgia tentang Kupang dan segala keunikannya. Perlahan keduanya meninggalkan dialek Kota Kupang dan kembali menggunakan dialek Flores. Kurang lebih dialek Flores bisa menjadi teman hiburan malam sebelum beranjak ke tempat pembaringan.

"Ko pi mana?"  "Sa pi main bola!" kalimat percakapan ini menjadi kekhasan dialek Flores yang seharusnya Engkau hendak ke mana dan jawabannya saya hendak main bola. Jika di Kupang, akan menjadi te Lu mo pi? jawabannya, b mo pi maen bola.

Kurang lebih di Flores kata Kopi ditanya, jawabnya Sapi😂. Sebaliknya di Kupang, pertanyaan mau ke mana jawabannya bemo😆. 

Ini adalah kekhasan NTT yang cukup kaya dengan bahasa dan dialek yang perlu untuk dipelajari sebagai kekayaan budaya NTT dengan pesona alam yang memukau.


***

Lidya dan Vera sedang menyiapkan dokumen mereka untuk mulai mengajar di sekolah. Vera sudah diminta untuk mengajar di salah satu sekolah swasta di Kota Kupang. Sedangkan Lidya masih pusing dengan rencana keluarga yang ingin menjodohkannya dengan Jerry.

Sementara itu beberapa frater di tengah kesibukan mereka, Filip, James dan Masto terus menekuni jalan panggilan yang mereka tekuni saat ini dengan setia. Meskipun mendapat godaan mereka tetap tekun dan setia menjalankan semua tugas yang mereka kerjakan.

Di Kota besar, tantangan akan panggilan cukup tingg. Filip berusaha untuk mengekang semua keinginan duniawinya untuk menatap dan menta masa depan gereja. Meskipun kerap kali ia menghadapi kekeringan panggilan. Namun ia tetap bekanjang dalam doa memohon tuntunan Tuhan.

"Malam Lidya, kamu mau curhat apa?" chat masuk dari Filip. "Malam juga, ai sonde jadi lai, b su chat dari beberapa hari lalu baru mau bahas ni, b son ada mood lai mau omong tu" balas Lidya. ‘Oman su to kalo b bisa bantu" "Son usah lai, b bisa atasi sendiri" "Lidya kurangi ngambeknya, ingat umur hhh eh sory, baru wisuda tu harus semangat" hibur Filip. "Eh nanti lain kali sa e b pi di Seminari baru curhat." 

Lidya ingin menyampaikan semua pengalamanya di rumah di mana orang tuanya telah  menjodohkannya dengan Jerry yang berstatus anak om. Dan dalam tradisi mereka bisa menjalani hidup keluarga agar tidak ribet dalam urusan adat dan agama.


***

Para frater top akan segera menyelesaikan tahun pertama masa orientasi mereka. Namun mereka belum berjumpa untuk mengadakan evaluasi. Romo pembimbing merencanakan agar evaluasi toper dilangsungkan pada bulan Januari di Semau. Satu pulau di ujung barat Timor masih satu kabupaten dengan Kabupaten Kupang.

Pulau ini sering dijuluki Pulau Laiskodat sebab pernah ada Gubernur NTT fenomenal berasal dari pulau ini. Di pulau ini ada begitu banyak hasil alam seperti mentimun, Lombok dan bawang. Semuanya disuplai ke Kota Kupang.

Selain hasil alam, pulau ini juga mempunyai pantai yang indah. Jika hendak ke Flores, kita bisa melihat pantai itu dari atas kapal dan sungguh indah sehingga banyak orang ingin menghabiskan masa liburan di Semau yang tenang.

"Selamat malam semua para frater. Apa kabar oo?" chat masuk dari Ande. "Malam juga, syukur e su ada pulsa data e mantap👍"balas James. "Sudah e ko kaka misdinar su isi na hhh" balas Filip. "He.. sembayang sa bosong semua" balas Ande. "Bukan sembayang sa tapi sembarang sa macam Ande hh" balas Masto.

Grup para toper semakin seru. Semua frater membuli Ande yang diam-diam menyukai anak misdinar. Namun ia tak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan rasa karena banyak orang.

"Ande, bisa cerita lanjut ko?" kata Filip. "Mau cerita lanjut karmana lai ko sejak b mau kenal dia anak itu son mau gabung misdinar lai" balas Ande. "Hhhh kurang gaul tu, atau belum ada celana botol mangkali makanya orang liat macam bapa-bapa tahun 80-an hhh" ejek Masto. 

"Bukan e b su style ok ni" balas Ande. "Terus kenapa selalu gagal dalam hal cinta?"tanya Filip. "Mungkin pengaruh muka ju hhh" lanjut James. "Bosong omong ni macam bosong su ganteng ke artis Korea" balas Ande. "Memang katong face-face Korea gitu loh hh" ejek James. "Oww ganteng Korea, b setuju 'Gampang tanganga Kolbano area hhh" Ande membalas. 

"Neo lu carita su, te James su marah tu hh" kata Filip. "Ok beta lanjut e, nah pas b mau minta dia pu no wa to, tiba-tiba….’’ "Ande tolong siapkan kamar tamu soalnya pastor Paroki Pariti mau nginap’’ kata Romo Primus.

Pantai Uinian, Semau


Bersambung✍

Post a Comment

0 Comments