Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Jubah dan Luka ( Part 30)

 

sanskertaonline.com

Fajar meyingsing di ufuk timur disambut kicauan burung yang mengalun membahana di relung-relung gunung. Kabut pagi minitip embun semesta membasahi dahaga jiwa yang merana karena badai zaman. Semilir angin gunung menggoda pepohonan yang menjulang tinggi di perbukitan.

Sungai mengalir tiada henti. Para pemuda membawa jalan untuk menangkap ikan di kali yang penuh dengan aneka jenis ikan. Ibu-ibu menjunjung bekal menyusuri lorong-lirong mengikuti para bapa yang telah bergegas ke ladang dan sawah sebelum fajar menyingsing dan si jago berkokok.

Para bocah bergirangan mengejar layang-layang yang terputus hingga di petak-petak sawah. Sungguh suatu keindahan yang tidak dijumpai di mana pun.. Semuanya ada di sini rumah kita sendiri kenangan indah siapa gerangan?

Olivia dan Siska membawa pakaian menuju sungai untuk mencuci. Kesejukan air sungai yang mengalir jernih dengan pesona pepohonan yang besar dan tua membuat situasi kampung penuh keindahan dan alamanya masih terawat.

B dengar bilang ada yang su mau datang lamar ko?” kata Siska. “O,,,dengar dari sapa tu, sembarang sa hhh” kata  Olivia. “Hei terus yang mama dong bilang tu apa kemarin” Tanya Siska. “Bukan itu,, dong omong b punk kaka yang di Bali” kata Oliv. “Oww gitu, b kira kamu hhh” kata Siska.

Keduanya membicarakan rencana lamaran untuk menikah. Namun, mereka belum mepunyai kejelasan tentang siapa yang akan mereka jadikan masa depan. Semua orang mempunyai masa dan semua orang mempunyai depan. Namun mereka tidak tahu bagaimana masa depan itu.


***

Jerry beberapa kali mengajak Lidya jalan-jalan menyusuri kota. Dengan berat hati dan dorongan orang tua, Lidya pun bersama Jerry menyusuri lorong kota dan menemukan tempat makan yang baik. Keduanya setelah lelah berkeliling, keduanya mampir di pantai Tedis sembari menikmati jagung bakar mama-mama dari Baumata yang sudah 15 tahun berjualan.

"Ma, sudah berapa lama kerja begini?" Tanya Lidya. "Sudah 15 tahun nona" kata ibu itu. "Lumayan lama juga ya" "Iya nona mau ongkos anak sekolah" "Mama punk anak ada berapa orang?"  punk anak ada lima, dua masih SMA, satu kerja, satunya tes polisi tapi gagal."

Ibu itu sudah berjuang 15 tahun untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan berdagang jagung bakar. Jery setelah mendengar perkataan ibu itu, ia mengingat kembali seorang pemuda Baumata yang tinggi dan bertubuh atletis namun tidak lolos karena tidak cukup uang.

Saat mendengar itu Jerry hanya merenung dalam hatinya dan berpikir bagaimana cara untuk meloloskan puteranya karena keadaan ibunya yang berjuang siang malam untuk mencari uang demi buah hati mereka. Demi menarik hati Lidya, Jerry pun berusaha untuk meyakinkan si ibu.

"Ibu anak ibu nama siapa yang gagal?"Tanya Jerry. "Nama Paul pak, tapi dia lagi stres di rumah karena saat hendak ke Bali dia dicegat karena uang tidak cukup. Semua persyaratan sudah lengkap. Tinggi lebih dari rata-rata, badan bagus dan pintar tapi tidak apalah" kata ibu berlinangan air mata. "Baik mama, beta ju polisi nanti b usahan supaya anak ibu bisa masuk lagi" "Terima kasih pak semoga bisa terwujud".

Lidya cukup kaget dengan sikap Jerry yang murah hati. Ia pun perlahan mengubah persepsinya tentang polisi. Saat senja hampir lalu, keduanya masih menikmati jagung bakar asal Baumata dengan nikmat, Lidya masih terus mempelajari Jerry.



*** 

Lina dan Inggrit menikmati situasi seminari menengah. Mereka sudah mengenal semua anak-anak seminari. Kesibukan mengurus anak-anak seminari kelas peralihan, Inggrit sampai lupa bahwa ia harus memperjuangkan cintanya.

Di tengah kesibukan itu, Lina dan Inggrit menyempatkan diri untuk curhat dengan Filip yang sedang menjalankan masa Top di sana. Lina dan Inggrit sejak awal masuk belum ada waktu untuk sekadar bercerita.

"Lin, coba wa frater katong bacarita di sini mungkin dia ada tahu sesauatu tentang Masto" kata Inggrit. "Ok tunggu beta wa dia supaya bisa bacerita" kata Lina sambil mengetik. "Siang frater, beta dengan Inggrit ada perlu frater ini penting" chat Lina. "Siang juga, ini penting ko atau mau minta foto-foto hhh" "Fr ee bukan itu, katong mau cuarhat" balas Lina. "Basong ada galau ko?  Ok tunggu".

Inggrit dan Lina menunggu Filip di Lopo depan dekat kantor. Anak-anak seminari sedang mengerjakan hasil kreativitas mereka sehingga Lina, Inggrit dan Filip ada waktu untuk bercerita.

"Fr su datang tu" "Mana?" "Itu  di sana" (tak lama kemudian) "Siang semua, tumben butuh beta siang-siang, basong ada rindu beta ko hhh?" "His fr e biasa sa do" kata Lina. "Fr katong mau cerita-cerita ini" kata Inggrit. "Cerita su te su mau jam doa" kata Filip. "Kk fr, sebenarnya b mau cerita dari dulu tapi b takut nanti romo dong curiga aneh-aneh lai b bisa dapat pecat" kata Inggrit. "Neo omong yang dia pu inti dulu baru menangis e hhh" "Fr e b son menangis! Nah kan beta ada….." "Freter romo panggil" Filip meninggalkan mereka.

Bersambung✍

Post a Comment

0 Comments