sanskertaonline.com |
Fajar
meyingsing di ufuk timur disambut kicauan burung yang mengalun membahana di relung-relung
gunung. Kabut pagi minitip embun semesta membasahi dahaga jiwa yang merana
karena badai zaman. Semilir angin gunung menggoda pepohonan yang menjulang
tinggi di perbukitan.
Sungai
mengalir tiada henti. Para pemuda membawa jalan untuk menangkap ikan di kali
yang penuh dengan aneka jenis ikan. Ibu-ibu menjunjung bekal menyusuri lorong-lirong mengikuti para bapa yang telah bergegas ke ladang dan sawah sebelum fajar menyingsing dan si jago berkokok.
Para bocah bergirangan mengejar layang-layang yang terputus hingga di petak-petak sawah.
Sungguh suatu keindahan yang tidak dijumpai di mana pun.. Semuanya ada di sini rumah kita sendiri kenangan indah siapa gerangan?
Olivia
dan Siska membawa pakaian menuju sungai untuk mencuci. Kesejukan air sungai
yang mengalir jernih dengan pesona pepohonan yang besar dan tua membuat situasi
kampung penuh keindahan dan alamanya masih terawat.
“B dengar bilang ada yang su mau datang lamar ko?” kata Siska. “O,,,dengar dari
sapa tu, sembarang sa hhh” kata Olivia.
“Hei terus yang mama dong bilang tu apa kemarin” Tanya Siska. “Bukan itu,, dong
omong b punk kaka yang di Bali” kata Oliv. “Oww gitu, b kira kamu hhh” kata
Siska.
Keduanya
membicarakan rencana lamaran untuk menikah. Namun, mereka belum mepunyai
kejelasan tentang siapa yang akan mereka jadikan masa depan. Semua orang
mempunyai masa dan semua orang mempunyai depan. Namun mereka tidak tahu
bagaimana masa depan itu.
***
Jerry
beberapa kali mengajak Lidya jalan-jalan menyusuri kota. Dengan berat hati dan
dorongan orang tua, Lidya pun bersama Jerry menyusuri lorong kota dan menemukan
tempat makan yang baik. Keduanya setelah lelah berkeliling, keduanya mampir di
pantai Tedis sembari menikmati jagung bakar mama-mama dari Baumata yang sudah
15 tahun berjualan.
"Ma,
sudah berapa lama kerja begini?" Tanya Lidya. "Sudah 15 tahun nona" kata ibu
itu. "Lumayan lama juga ya" "Iya nona mau ongkos anak sekolah" "Mama punk anak ada
berapa orang?" punk anak ada lima, dua masih SMA, satu kerja, satunya tes
polisi tapi gagal."
Ibu
itu sudah berjuang 15 tahun untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan
berdagang jagung bakar. Jery setelah mendengar perkataan ibu itu, ia mengingat
kembali seorang pemuda Baumata yang tinggi dan bertubuh atletis namun tidak
lolos karena tidak cukup uang.
Saat
mendengar itu Jerry hanya merenung dalam hatinya dan berpikir bagaimana cara
untuk meloloskan puteranya karena keadaan ibunya yang berjuang siang malam
untuk mencari uang demi buah hati mereka. Demi menarik hati Lidya, Jerry pun
berusaha untuk meyakinkan si ibu.
"Ibu
anak ibu nama siapa yang gagal?"Tanya Jerry. "Nama Paul pak, tapi dia lagi
stres di rumah karena saat hendak ke Bali dia dicegat karena uang tidak cukup.
Semua persyaratan sudah lengkap. Tinggi lebih dari rata-rata, badan bagus dan
pintar tapi tidak apalah" kata ibu berlinangan air mata. "Baik mama, beta ju
polisi nanti b usahan supaya anak ibu bisa masuk lagi" "Terima kasih pak semoga
bisa terwujud".
Lidya
cukup kaget dengan sikap Jerry yang murah hati. Ia pun perlahan mengubah
persepsinya tentang polisi. Saat senja hampir lalu, keduanya masih menikmati
jagung bakar asal Baumata dengan nikmat, Lidya masih terus mempelajari Jerry.
***
Lina
dan Inggrit menikmati situasi seminari menengah. Mereka sudah mengenal semua
anak-anak seminari. Kesibukan mengurus anak-anak seminari kelas peralihan,
Inggrit sampai lupa bahwa ia harus memperjuangkan cintanya.
Di tengah kesibukan itu, Lina dan Inggrit menyempatkan diri untuk curhat dengan Filip yang sedang menjalankan masa Top di sana. Lina dan Inggrit sejak awal masuk belum ada waktu untuk sekadar bercerita.
"Lin,
coba wa frater katong bacarita di sini mungkin dia ada tahu sesauatu
tentang Masto" kata Inggrit. "Ok tunggu beta wa dia supaya bisa bacerita" kata
Lina sambil mengetik. "Siang frater, beta dengan Inggrit ada perlu frater ini
penting" chat Lina. "Siang juga, ini penting ko atau mau minta foto-foto hhh" "Fr ee bukan itu, katong mau cuarhat" balas Lina. "Basong ada galau ko? Ok
tunggu".
Inggrit
dan Lina menunggu Filip di Lopo depan dekat kantor. Anak-anak seminari sedang
mengerjakan hasil kreativitas mereka sehingga Lina, Inggrit dan Filip ada waktu
untuk bercerita.
"Fr su datang tu" "Mana?" "Itu di sana" (tak lama kemudian) "Siang semua, tumben butuh beta siang-siang, basong ada rindu beta ko hhh?" "His fr e biasa sa do" kata Lina. "Fr katong mau cerita-cerita ini" kata Inggrit. "Cerita su te su mau jam doa" kata Filip. "Kk fr, sebenarnya b mau cerita dari dulu tapi b takut nanti romo dong curiga aneh-aneh lai b bisa dapat pecat" kata Inggrit. "Neo omong yang dia pu inti dulu baru menangis e hhh" "Fr e b son menangis! Nah kan beta ada….." "Freter romo panggil" Filip meninggalkan mereka.
Bersambung✍
0 Comments