Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Jubah dan Luka (Part 2)

 

sanskertaonline.com


Angin malam menitip rindu. Bait-bait puisi yang dirajut tak mampu menenangkan sukma yang jatuh cinta. Dalam bilik suci, terpancar cahaya kasih para sujana intelektual yang bersenda gurau dalam nada serius, ditemani derik jangkrik di alam bebas.

"Bro tugas Filsafat Manusia su abis ko?’’ tanya James. "Belum ni bro, beta ju ada pusing cari sumber’’ jawab Pito. Diskusi alot terjadi di pojok ruang baca. Sembari seruput kopi Ermera, mereka seakan menggosipkan semua filsuf mulai dari Yunani Kuno hingga post modern.

"B suka sekali dengan Aristoteles dia punk ide tu gagah. Kita ni binatang berpikir "animal rationale" tandas James. " b pu filsuf favorit tu Sokrates dia bilang lebih baik mati minum racun daripada berdusta pada kebenaran" sambung Pito. 

‘’Bisa tenang ko? B lagi siap mau ujian ni!’’ pinta Bento dari kamarnya di pojok kanan yang  sedang menyiapkan diri untuk ujian Skripsi besok. Judul skripnya cukup menarik perhatian "Pacaran Gaya Milenial.’’ Tulisan ini mengangkat realitas kaum milenial dengan gaya pacaran yang serba terbuka.

Tidak sedikit dari kaun milenial yang membuat janji hingga sumpah darah. Bento telah meneliti banyak indekos-indekos. Ia juga mewawancarai para pemilik kos dan keluarga-keluarga yang berdekatan dengan kos-kosan.

Kurang lebih cerita miring tentang anak-anak kos,  terutama kaum hawa bisa terendus di sana. "Kaka katong son omong kosong, ada beberapa ade nona yang di sudut sana, dong tiap malam hampir dijemput orang-orang besar. Entah mau pi mana?’’ curhat seorang ibu Mia yang seharian menjual di sekitaran kos-kosan.

Ibu Mia sudah berada di sini sudah 15 tahun sejak bujang hingga kini ia memiliki 3 anak. Ketiga anaknya yang selalu akrab dengan para penghuni kos. Ketiganya masih polos dan semua yang mereka lihat diceritakan semua kepada ibu mereka.

‘’Ma, b biasa liat kaka nona dong pi kota terus, ada datang jemput dong’’ cerita Nia, puteri kedua Ibu Mia  polos. Kehidupan kota menjanjikan aneka kenikmatan yang menggiurkan. Bila salah membuat keputusan maka kecelakaan ditanggung sendiri.

Hari semakin senja, Ibu Mia membereskan jualannya. Ia membagi gratis sayuran yang tidak terjual. Bento telah lenyap dimakan rimbunan daun gamal. Ia sudah pulang.

***

Ruang baca telah hening. Bento mengangkat kain jendela melihat ke arah para penggosip filsuf. Hanya tersisa koran yang berceceran di lantai dan derik jangkrik malam dan semilir angin malam yang berhembus. Bento meninggalkan kamarnya menuju kamar Filipus untuk mencari tambahan ide.

’tok  tok...Filip buka pintu do’’ pinta Bento. ‘’Sapa di luar?’’ tanya Filip dari dalam. ‘’Ini beta’’ sambung Bento. ‘’Beta sapa to fardori?’’ sambung  Filip keras. ‘’B.. Bento,, ko macam Romo sa’’ balas Bento. Dengan penuh kesal Filip membuka pintu kamarnya.

‘’Mau perlu apa na omong su, b mau tidor’’ tanya Filip, ‘’santuy sa, jangan pake urat. Ni malam ko kenapa le, marah-marah’’ sambung Bento. ‘’Sonde bro, beta ada salah chat. B kira b pu kawan padahal b pu sepupu ko nama sama na’’ jawab Filip tenang.

Bento dan Filip berdiskusi tentang gaya pergaulan anak muda saat ini. Mereka mengupas semua persoalan yang dijumpai oleh Bento di lapangan. Tanpa mereka sadari, jam dinding sudah menunjukan pukul 01:15.

"Makasih banyak e bro su bantu beri ide baru. Selamat malam bro mimpi indah’’ pamit Bento. Ia meninggalkan kamar Filip menuju kamarnya. Filip malam itu belum bisa tidur. Ia telah berbohong kepada Bento tentang perasaan yang ia alami.

Filip kecewa karena pesan wa yang masuk sudah dihapus oleh Lidia. Ini membuatnya kepo dan sulit untuk pejamkan mata malam itu. Ia berulangkali mengirim chat wa namun hanya dilihat saja. Telpon pun tak diangkat. Hari semakin larut. Ia pun memejamkan matanya dan terlelap dalam keremangan malam.

***

Fajar baru menyingsing. Para frater bergegas menuju Kapela untuk mengikuti perayaan Ekaristi; sumber dan puncak iman Katolik. Terlihat beberapa frater ceriah mendengarkan kotbah yang penuh euforia. Namun, di pojok kanan, Filip tak mampu menahan kantuk. Ia baru benar-benar tertidur pada pukul 03:15 dini hari.

Semua isi kotbah romo ia balas dengan anggukan. Romo mengira ia setuju. "Kebiasaan kalo malam mete begini su, datang kapela urus setuju tanpa kesepakatan hihihi’’ bisik Pito di teling James yang berdekatan dengannya sambil tertawa kancing.

‘’Hus diam-diam dengar romo kotbah  di sana. Hari-hari mau meloi orang sa’’ balas James, Pito terdiam. Mereka mengikuti perayaan Ekaristi tidak serius sebab mereka terganggu dengan anggukan masal menghormati tanah karena kantuk.

Setelah Ekaristi dan sarapan, Bento harus menghadapi pengadilan untuk mempertanggunjawabkan tulisan akhirnya. Di hadapan dosen pembimbing yang killer, ia berusaha menenangkan diri.

‘’Menurut engkau, milenial itu apa?" tanya Rm. Heru, dosen penguji pertama. ‘’Kaum milenial adalah kelompok orang muda yang  lahir sekitar periode tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an.’’ Jawab Bento tenang. "Baik. Lalu mereka yang lahir tahun 2010 ke atas mereka disebut generasi apa?’’ lanjut Rm Heru. Bento kebingungan menjawabnya sebab yang ia bahas sebatas kaum yang lahir di awal tahun 2000-an.

"Jawab sa bilang post milenial’’ bisik Filip dari jendel samping. Namun pertanyaan ini dipending. Hari itu, Bento dilontari banyak pertanyaan yang tidak ia siasati sebelumnya. Ia tidak menyangka bahwa akan ada soal semacam itu.

Hari itu selesai. Bento mendapat nilai 85. Para dosen mengapresiasi tulisannya yang sungguh sesuai dengan konteks zaman di mana pergaulan bebas tidak bisa dihindarkan. Para dosen mengharapkan agar hasil tulisan ini dipublikasikan di penerbit buku.

                                  ***

"Selamat siang teman-teman. Dalam rangka menyukseskan program taman baca ‘Lopo Literasi',  saya mengundang kita semua untuk menyumbang buku’’ pesan wa masuk di grup dari Vera. Ia dipercayakan sebagai sekretaris Lopo Literasi.

Vera sudah banyak menulis di media. Puisi-puisinya sudah dikenal di kanca nasional pada beberapa tahun yang lalu ketika pada hari puisi nasional ia turut berpartisipasi dalam memeriahkannya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengapresiasi tulisannya.

Yang menarik ialah bahwa Vera adalah satu-satunya penulis dari Timur yang bisa ikut bersaing dengan mereka yang ada di ibukota Jakarta. Vera mendapat piagam penghargaan dan Rp. 5 jt. Gadis manis asal Oinlasi ini cukup brilian.

Vera dan Lidia saling mengenal ketika mereka berada di bangku kuliah semester pertama. Keduanya memilih jurusan FKIP Bahasa Indonesia. Mahkota  pandai berbicara dan  menulis telah Tuhan anugerahkan kepada mereka.

Selain  mereka cantik dan pintar, mereka juga mempunyai jiwa peka sosial yang tinggi. Vera dan Lidia berencana untuk membantu anak-anak belajar membaca dan menulis di Lopo Literasi. Mereka berencana untuk membuat kursus sederhana membaca dan menulis bagi para siswa.

Di balik persahabatan keduanya, Vera juga memendam rasa kepada beberapa teman laki-laki namun ia tidak tunjukan melalui sikap dan chating wa. Ia diamkan dalam hati. Beberapa kali ia mencurahkan isi hatinya kepada Lidia tentang perasaannya. Namun Lidia belum mengetahui siapa sosok lelaki yang didambakan Vera  dalam hatinya.

Burung camar terbang melambung tinggi, meraih cakrawala. Burung walet menari di kepulan asap lahan pak Tani yang sedang digarap untuk musim tanam berikut. Guntur gemuruh setiap sore, tanda musim hujan hampir tiba. Sang surya hendak ke peraduannya. Jingga merias langit senja.

Pada hari berikutnya, Lidia menerima vc dari Vera. Ia ingin menyampaikan isi hatinya. Dan Lidia berusaha untuk membuat Vera mengungkapakan siapa lelaki yang ia maksudkan. Namun, Vera hanya mencurahkan isi hatinya tanpa memberi tahu nama pujaan hatinya. Lidia semakin kepo.

Filip  yang sedang kebingungan mencari judul proposal,  meluangkan waktunya untuk chatingan dengan anggota Lopo Literasi. Ia menyapa semua anggota grup. Mereka saling mengganggu dan beberapa di antara mereka tertawa terbahak-bahak.

Tanpa sengaja Lidia ingin memberi tahu Filip tentang isi pesan yang ia hapus. Namun karena teburu-buru dipanggil oleh mamanya, Lidia salah memencet nama kontak. Pesan itu salah terkirim dan masuk ke wa Vera dan langsung centang biru. ‘’Maksud apa ini?" tanya  Vera. Ternyata😧.

Bersambung.

Post a Comment

2 Comments