| sanskertaonline.com |
Pesan cinta aka sampai ke telingamu, asal engkau peka. Luangkan sedikit waktu untuk mendengarkan bisikannya sebab ia selembut roh. Meski mata tak melihatnya, tapi hatimu akan merasakannya. Ia selalu dan senantiasa hadir untukmu.
Siapa yang mencintai cinta ia hidup dalam cinta sebab orang yang dicinta selalu hidup dalam hati si pencinta. Ia adalah tercinta dan selalu dicintai. Peluklah cinta dengan sayap rasa dan kepaklah sayapmu dalam balutan iman. Kecuplah cinta dengan rasa rindu dan berjalanlah bersamanya di mana saja ia kehendaki.
Engkau akan senantiasa terlindungi di setiap petulangan jika cinta yang mendampingimu. Sebab ia menembus batas-batas ketidakmungkinan. Cinta mampu menyelamatkanmu dari segala kemalangan dan dari preman, bandit, senjata dan perampok sebab buah cinta adalah damai.
Mencintailah
hingga menembus semua batas dan sekat. Dengan cara demikian namamu harum bukan
hanya di penciuman manusia tetapi membumbung hingga di hadirat Allah. Dengan
itu, tiket hidup dalam kerajaan cinta terbuka lebar. Tetaplah tinggal di dalam
cinta.
***
“Teman-teman malam ke acara syukuran wisuda Mira dan Dea yuk” chat Lidya pada grup Lopo Literasi. “Boleh-boleh tapi yang skripsi belum jelas harap selesaikan dulu baru pi pesta hhh” balas Vera. “Pi dulu pulang baru pikirkan yang lain hh” balas Vian yang masih macet dengan skripsinya di pembimbing II.
Perlahan-lahan anggota kelompok Lopo Literasi akan meninggalkan Kota Karang. Berpisah dari kenangan indah yang dirajut selama berjalan bersama baik susah maupun gembira sama-sama nikmati.
Banyak kisah telah mereka rajut baik kisah cinta maupun sastra. Filip akan segera pergi untuk menjalankan masa top dan beberapa anggota dalam beberapa pekan harus meninggalkan Kota Karang untuk kembali ke kampung halaman sebab perkuliahan mereka telah rampung dengan wisuda.
Vera dan Lidya keduanya masih berleha-leha sebab mereka adalah anak Kupang. Keduanya baru menyusun proposal. Judul yang dimasukan Vera beberapa bulan lalu belum mendapat persetujuan dari dosen pembimbing dengan alasan kesibukan di luar kota.
Lidya
dan Vera merasa sedih sebab teman-teman mereka akan segera kembali dan
kebersamaan mereka akan segera menjadi kenangan. Selama beberapa tahun terakhir
mereka terlihat kompak dalam segala hal. Saat ada susah dan senang mereka tanggung sama-sama. Persahabatan mereka bagai kepompong.
***
Hari barganti, musim berlalu. Kota Karang semakin berparas cantik. Pembangunan ada di mana-mana bahkan ada rumor yang beredar bahwa Jembatan Liliba akan segera diperbesar menjadi dua jalur. Hiruk-pikut kota Kupang menyajikan keindahan tersendiri. Motor dan mobil semakin tak terhitung jumlahnya. Setiap orang berambisi memiliki mobil pribadi.
Polusi udara dan panas menjadi sahabat para pejalan kaki. Pembangunan Kota Kupang menuju titik terang. Perkara tanah hingga pertumpahan darah tak terhindarkan. Saling klaim kepemilikan satu tanah yang sama dengan dua sertifikat menjadi pemandangan yang biasa.
Adik, kaka, saudara dan saudari saling membacok untuk mendapat sebidang tanah dari pewaris yang sama. Jual beli tanah di atas lahan yang telah terjual menjadi bisnis menarik Kota Karang. 60 tahun lalu, batu karang saja yang menjadi saksi siapa yang menjadi miliknya namun kini banyak orang mengklaim memiliki tanah hanya karena menang perkara.
Setelah Kota Kupang berubah rupa menjadi Gadis Jelita, banyak orang berlomba-lomba membeli tanah untuk membangun indekos. Banyak tanah di kota Karang dimenangkan karena permainan uang bukan atas dasar warisan leluhur sebagai tanah tumpah darah mereka.
Fenomena klaim kepemilikan tanah di Kota Kupang menjadi suatu keanehan bin ajaib. Tanah yang gersang tiada kehidupan diklaim sebagai milik mereka padahal usia kelahiran mereka belum mencapai 60 tahun.
“Bro, beta pernah dengar kalo kepanjangan dari nama Timor tu adalah Tanah Ini Milik Orang Rote” kata Vian . “Betul beta ju pernah dengar sih tapi kenapa orang Timor menjadi asing di tanah sendiri e?” jawab Karel. “Katong harus tanya Filip ni” sambung Vian. “Bro, maaf mengganggu, kenapa di Kota Kupang ni tuan tanah bukan orang Timor atau Helong?” chat Vian.
“Siang juga, o itu soal sejarah. Dulu Raja Sonbai kuasai seluruh Timor nah sampai Belanda tiba, dorang tu kuat sekali. Makanya Belanda pergi ke Rote dan Sabu bawa para pejuang untuk melawan Sonbai. Nah setelah Sonbai kena tangkap dan buang di Sabu, orang-orang Rote dan Sabu son balik lai pu dong punk kampung makanya mereka tinggal di Timor.
Ada yang di Camplong, Oesao, Pariti, Sulamu
dan Oebelo” jelas Filip. “O begitu e, pantas orang Timor dong di gunung sa hhh”
balas Vian. “Hati-hati e badan jaga mulut eh sorry mulut jaga badan hhh”.
***
Lani semakin redup. Kehidupan cintanya tergoncang setelah mendengar semua kisah dari Tadeus. Meski hari telah malam, namun hatinya membara bak di siang hari. Ia merasa bahwa ia telah tertipu selama bertahun-tahun.
Setiap hari minggu, ia tidak memusatkan perhatian pada kotbah pak Pendeta tetapi pikirannya hanya ada pada Andri yang mengatakan bahwa ia kuliah. Sejak tiba di Kupang, Lani sudah mencium aroma keanehan dalam diri Andri. Bahkan saat tamat SMA ia mengatakan bahwa ia akan kuliah di Kupang.
“Sore nona, apa kabar” pesan SMS masuk dari Tadeus. “Sore juga” balas Lani. “Apa kabar, beta harap penjelasan yang baru-baru sonde buat kaka nona pigi lompat di jembatan Liliba hhh” balas Tadeus. “Ih memang b ada stress ni, b bisa kena tipu ni, tapi b son bodok o mau lompat di jembatan” balas Lani.
“Awas o dalam hati sapa pi tahu, kalo nona mau lompat sein memang b supaya b tunggu di bawa kalo jatuh b langsung terima hhh” jawab Tadeus kelakar. “kaka e tolong jangan gombal do, semua laki-laki sama sa” balas Lani. “Nona e katong orang Flores tu beda hhh sonde baular hh” balas Tadeus dan Lani mematikan Hp Nokia senternya.
Lani sejak mengetahui hal ini tidak lagi menghubungi Andri. Bahkan semua surat yang dikirim dari Andri tidak pernah ia buka untuk baca. Setiap hari minggu setelah gereja, Andri berusaha untuk menghubunginya melalui telpon asarama tetap saja ia tidak merespon.
Hingga berjalannya waktu, Andri melanjutkan jenjang panggilannya di Flores. Lani semakin redup dalam hati Andri dan selama satu tahun Lani tidak pernah mendapat kabar apapun dari Andri.
“Kaka bisa antar beta ke kampus ko?” sms Lani kepada Tadeus. “O bisa-bisa sekali” balas Tadeus. “Ok kaka beta tunggu di depan sa e soalnya macet jalan” “Ok Bo’i hhh”
Lani dan Tadeus semakin akrab. Mereka terlihat seperti pasangan yang serasi. Lani kini memasuki semester III di Sekolah Keperawatan Kupang. Hampir selalu di antar dan dijemput oleh Tadeus. Karena keseringan bersama, benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya.
“Lani, beta mau omong sesuatu, tapi b takut kena marah” kata Tadeus sambil memperlambat mobilnya. “Omong apa kak, nah omong sa” “Begini, sebenarnya Au sue oo[1]” “ “hhh kaka su tau bahasa Rote belajar dari mana?” Belajar dari orang to, nah karmana su?” “hmmm ok beta jawab e...” Lani merenung “Jawab su” “baik sebenarnya....” prakkkk terjadi kecelakaan di depan.
Bersambung.
[1] Saya cinta kamu
1 Comments
Aigoo di gantung mulu 😄
ReplyDelete