![]() |
riorusae |
Sekapur Sirih
Saya berkunjung ke SMK St. Pius XII pada tanggal 30 Juni 2021 lalu dengan satu kerinduan menjumpai Yang Mulia Uskup Emiritus Atambua, Mgr Anton Pain Ratu, SVD. Sebelumnya saya telah menghubungi Fr. Rio Rusae yang sedang menjalankan tahun orientasi pastoral bersama Yang Mulia di Bitauni.
Ada satu sukacita iman yang terlahir seperti sukcita Elisabet menyambut kunjungan Maria di Ain Karim, Yudea. Saya merasakan hal itu kendati telah lama ada kerinduan untuk menjumpai beliau dan meminta berkat. Di meja makan, beliau menanyakan asal-usulku dan ia pun berkisah tentang kampung halamanku di tahun 1960-an tentang proses pemekaran Paroki Kristus Raja Haumeni yang dulu merupakan bagian dari Paroki St. Maria Ratu Oeolo.
Kesesokan harinya tanggal 01 Juli 2021, setelah sarapan pagi bersama, saya bersama Frater Top menuju ruang kerja Yang Mulia sejenak melanjukan kisah iman lalu saya mendapat berkat dari tangan Yang Mulia Mgr Anton Pain Ratu, SVD. Kerinduan untuk menjumpai beliau terpenuhi ada harapan bagi misionaris muda untuk meneladani beliua dalam segala aspek kehidupan religus.
Meskipun telah memasuki usia 93, semangat membaca dan menulis belum pudar. Ia adalah pembaca dan penulis yang baik. Bapa Pendiri Putri-Puteri Maranatha ini belum pensiun dari dunia literasi. Ia adalah kebanggaan gereja Katolik Keuskupan Atambua yang masih menghidupi semangat misioner St. Arnoldus Yansen. Mgr Anton Pain Ratu seorang Pewarta Sabda yang tetap muda meski usianya uzur.
![]() |
dokprib |
Dalam kesempatan tersebut Fr. Rio mengungkapkan Bai Uskup masih giat menulis dan membaca "meskipun sudah tua bai Uskup tetap menulis" ungkap Ekonom. Komunitas pastoran SMK Bitauni, Fr. Rio Rusae. Berikut ini tulisanku tentang Mgr Anton Pain Ratu, SVD.
Seorang pewarta Sabda Allah ( Misionaris) tidak mengenal pensiun. Dalam dunia religius (Katolik) seorang yang telah ditakdiskan bagi Allah akan selamanya milik Allah sejauh ia berjubahkan ‘kesetiaan’.
Tiada kata yang lebih cocok untuk mengungkapkan kesetiaan Putera terbaik Lamawolo, Adonara, Flores Timur, Yang Mulia Mgr Antonius Pain Ratu SVD dalam mengarungi lautan panggilan sucinya.
Tanggal 15 Januari 1958 menjadi tanggal yang melegenda dan menyejarah dalam diri Mgr Anton Pain Ratu. Tanggal itu menandai awal pengarungan sucinya setelah diurapi oleh Yang Mulia Mgr Gabriel Manek SVD ( Alm) tepat 60 tahun yang lalu dengan motto tahbisan, “ Sungguh Aku Datang”( Ibr 10:7).
Antonius Pain Ratu adalah pemimpin spiritual Katolik berkharisma yang dilahirkan di kaki gunung Boleng tepat pada 2 Januari 1929 dari pasangan keluarga beriman Katolik nikah Suci Bapak Kosmas Kopong Liat( Alm) ( kepala Suku Ratumakin) dan Ibu Maria Boli Beraya (alm) . Uskup Anton adalah putera sulung dari tujuh orang bersaudara. Ia dididik dalam lingkungan iman Katolik yang murni dan ayahnya sangat giat dalam mendidik anak-anak dalam terang Injil meskipun buta huruf. Bagi Uskup Anton, ayahnya adalah misionaris awam sejati.
Uskup Anton Pain Ratu pendidikannya di SR Leworere (1936-1939) dilanjutkan ke Vervolgd School Larantuka, ( 1940-1942). Selanjutnya Seminari Menengah Mataloko, Bajawa ( 1942-1950), Tahun Orientasi Pastoral sebagai calon imam Projo Vikariat Sunda Kecil ( Nusa Tenggara), lalu masuk Novisiat SVD (1951-1952) dan dilanjutkan ke Seminari Tinggi Ledalero, Maumere (1950-1958). Tahun 1952-1958 mengambil Filsafat dan Teologi dan mendapat urapan suci pada 15 Januari 1958 bersama empat rekan lainnya.
Kini usianya telah senja; 89 tahun. Tahun dan musim terus bergantin kesetiaannya kepada Tuhan tetap sama. Ia melihat panggilannya sebagai anugerah istimewa dari Allah. Oleh sebab itu anugerah itu hendaknya diberikan pula secara cuma-cuma kepada semua orang yang mencari Allah. Ia mengaulkan kepada Allah; kemiskinan, kemurnian dan ketaatan untuk seumur hidup dan sungguh ia hidupi dengan baik dengan imamat sucinya selama 60 tahun. Selain tahbisan imamat, Uskup Anton Pain Ratu SVD pun mendapat urapan suci episkopat pada tanggal 21 September 1982 dan diangkat menjadi Uskup Atambua pada 3 Februari 1984 menggantikan Mgr Theodor Van den Tilaart dengan motto, “Maranatha” ( 1Kor. 16:22).
Biduk Panggilan Pelayanan yang Utuh
Mgr Anton SVD mengambil motto tahbisan imamatnya, “Sungguh Aku Datang” (Ibr 10:7), yang direfleksikan sebagai suatu kesiapsediaan dalam melayan Tuhan dan sesama. Ia telah dating dari Tanah Boleng dan mengabdikan diri di Timor selama 60 tahun dan bahkan menjadi Uskup di Keuskupan Atambua selama 23 tahun. Meskipun ia adalah pemimpin, tetapi gaya kepemimpinannya dibalut dalam semangat pelayanan rohani bagi umatnya. Sebagai Uskup Emiritus, ia tetap melayani Allah kanjangan doa. Kini ia menikmati masa senjanya di Bitauni, TTU. Orang Flores yang berbudaya Timor. Ketika ditempatkan di Eban, ia dengan setia mempelajari budaya Timor dan hasilnya dalam 6 bulan ia telah mampu berkhotbah dalam Bahasa Dawan. Ia sungguh mendalami budaya Dawan. Melalui pendekatan budaya ia memperkenalkan Injil bagi mereka yang tidak berpendidikan
Di tengah hiruk pikuk dunia yang semakin menantang kaum biarwan dan biarawati akan komitmen panggilan untuk taat, miskin dan murni dan isu miring tentang kaum klerus yang kurang setia, menjadi suatu sajian berita yang laris di pasaran. Dunia lupa bahwa masih banyak imam yang baik di bumi. Salah satunya adalah Mgr Anton SVD. Ia membulatkan tekadnya untuk Tuhan. Mgr Anton Pain Ratu SVD telah membangun biduk imamatnya dalam mengarungi lautan hidup manusia selama 60 tahun. Selama tahun-tahun itu bahtera panggilannya terus melaju menuju ketepian yang cerah pantai iman tebusan. Meski badai dan taufan menerpa, panggilannya tetap teguh. Biduk imamatnya tetap utuh meski sering dimasuki oleh ombak dan gelombang duniawi.Mgr Anton menjadi contoh dan teladan bagi para generasi misonaris berikutnya. Ia menunjukan teladan suci bagi mereka yang memilih jalan suci. Mgr mengajarkan banyak hal tentang cara untuk tetap menjaga komitmen panggilan secara utuh hingga masa senja. Suatu pencapaian yang luar biasa. Proficiat Bapa Uskup !
Misionaris Dua Dunia; Iman Dan Politik
Di samping menjalankan pelayanannya sebagai misionaris, Mgr Anton Pain Ratu SVD, sewaktu imam, pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten TTU selama 2 periode sejak tahun 1960. Dan kembali diangkat pada tahun 1970 setelah 4 tahun studi di Manila. Uskup berpeci merah selalu bersemangat dan telah menabur benih iman baik dalam dunia spiritual maupun politik. Bagi Mgr Anton SVD politik itu baik sejauh demi kepentingan rakyat.
Uskup Anton memegang kendali dua dunia; Iman dan politik. Berhadapan dengan situasi ini, akan muncul beragam pertanyaan dalam umat tentang Gereja, Klerus dan politik. Pertanyaan bagi kita apakah Gereja bisa ikut berpolitik ? Jawabannya; Bisa ! Karena gereja adalah himpunan umat atau rakyat. Lalu pertanyaan selanjutnya; Apakah kaum Klerus (tertahbis) bisa ikut berpolitik ? Jawabanya telah diatur dalam Hukum Gereja yakni Kanon 287 paragraf 2: “Janganlah mereka (Klerus) turut ambil bagian dalam partai-partai politik dan dalam kepemimpinan serikat-serikat buruh, kecuali jika menurut penilaian otoritas gerejawi yang yang berwewenang hal itu perlu untuk melindungi hak-hak Gereja atau memajukan kesejahteraan umum.
Gereja memang melarang tetapi larangan tidak mengikat secara absolut. Larangan itu di satu pihak mempunyai kelonggaran karena alasan untuk melindungi hak-hak Gereja dan memajukan kesejahteraan umum. Oleh sebab itu Mgr Anton Pain Ratu kala itu mendapat wewenang dari Uskup Atambua untuk berjuang demi kepentingan negara dan Gereja. Ia mengedepankan kepentingan rakyat dari pada mencari kekayaan semata. Dua periode di DPRD TTU, menjadi pembelajaran yang berharga bagi para politikus muda zaman ini untuk mengutamakan kepentingan umum bukan mencari nama dan menimbun harta. Politik itu baik sejauh demi kepentingan umum dan kesejahteraan rakyat.
![]() |
riorusae |
Banyak karya yang telah ia lakukan demi kemajuan iman umatnya. Selain dunia religius, ia mendirikan sekolah demi perkembangan akademik bagi umatnya. Karya-karya-nya yang sangat terkenal adalah, pendirian Susteran PRR dan pembangunan Seminari Tinggi St Mikhael Kupang. Serta sebuah SMK, di Bitauni, TTU.
Mgr Anton Pain Ratu adalah orang yang berjiwa besar dan semangatnya tetap sama meski kekuatan fisiknya mulai melemah. Ia selalu berkanjang dalam doa. Benih-benih iman dan pendidikan dari orang tuanya sungguh tumbuh dan berbuah melimpah di Nusa Tandus Timor ( NTT).
Mgr Anton menjadi contoh dan teladan bagi kaum klerus, biarawan dan biarawati serta para politikus dalam menghidupi janji dan komitmen di hadapan Allah serta pelayanan demi kepentingan umum.
Enam puluh tahun perjalanan imamat suci menjadi suatu contoh bagi generasi imamat selanjutnya. Mari kita yang memilih jalan suci belajar dari Mgr Anton Pain Ratu SVD dalam janji sehidup semati dengan Tuhan dan bagi mereka yang memilih jalur politik, untuk menimba semangat politik putih dari Mgr demi kepentingan umum.
0 Comments