Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Sonbai, Pahlawan Yang ''Dihilangkan‘’

 

bapedainfo.com


Ketika melintasi Bonipoi Kota Kupang, kita akan disuguhkan dengan satu monumen bersejarah penting yakni patung seorang berkuda. Di kaki monumen itu terdapat goresan kenangan berbunyi ‘Monumen Pahlawan SONBAI . diresmikan oleh Bapak Gub KDH Tk I NTT pada Tgl 31 Juli 1976.  

Nama Sonbai bagi kalangan budayawan dan sejarahwan adalah nama yang keramat dan perkasa. Nama ini hilang dari goresan zaman karena budaya literasi pendokumentasian yang masih lemah dan kurang diminati. Dokumen tentang Sonbai sangat minnim sebab tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan referensi terpercaya selain tuturan adat dari para tetua adat Timor.

Namun nama Sonbai di kalangan Milenial sangat asing dan tidak menimbulkan decak kagum apa pun sebab nama itu tidak biasa diperdengarkan kepada mereka dan tidak menarik untuk dibicarakan atau sekadar menjadi bahan gosip. Ia ibarat besi tua yang tersimpan dalam gudang yang tak lagi dikenal.

Kendati demikian, kita mencoba meramu tulisan-tulisan yang bersileweran di padang maya yang sedikit memberi informasi tentang sosok yang diabadikan di Patung Kuda Bonipoi Kota Kupang. Menurut kesaksian, sosok tersebut adalah Raja Sobe Sonbai III. Ia adalah raja Timor yang berkuasa di Timor Barat menjelang kemerdekaan RI.

Konon, Sobe Sonbai III raja yang menolak menandatangani Korte Verklaring; surat takluk kepada Belanda. Surat ini berisi dekret penyerahan seluruh wilayah Timor kepada Belanda. Penolakan Sonbai tidak didukung oleh raja-raja kecil lainnya sehingga sampai pada awal tahun 1900-an, sudah terdapat 73 penguasa Timor yang  tunduk dan menandatanganinya. 

 Sobe Sonbai III adalah salah satu raja Timor yang sangat berpengaruh dan menjabat    sebagai Maharaja di Kerajaan Oenam dengan ibukota Kauniki   Fatuleu, Kupang. Sikap Sonbai membakar amarah Belanda sehingga mereka menghimpun lebih banya prajurit dari kaum pribumi khususnya dari Rote.

Belanda menempatkan orang-orang Rote dan Sabu di sepanjang pesisir pantai Timor hingga Sanpalo (Camplong) untuk membendung pergerakan Sonbai dan prajuritnya.  Melihat stegei Belanda untuk melumpuhkannya, Sobe Sonbai III   memerintahkan penyusunan strategi perang melawan Belanda bersama seluruh rakyat.

Pasukan Sonbai  mulai membangun 3 benteng pertahanan yaitu Benteng Ektob di desa Benu, Benteng Kabun di desa Fatukona dan Benteng Fatusiki di desa Oelnaineno. Setiap benteng dijaga ketat oleh meo-meo dari setiap suku.

Dalam dinasti kerajaan Sonbai, Sobe Sonbai III merupakan raja kelima belas  dan merupakan raja terakhir yang kemudian dihilangkan jejaknya oleh Belanda ketika memasuki awal abad XX. Sehingga Kerajaan Sonbai begitu tangguh untuk ditaklukkan. 

Pada tahun 1818, Residen Timor, J. A. Hazaart, yang berkedudukan di Kupang melakukan serangan militer terhadap wilayah kerajaan Sonbai dan juga berhasil menguasai  pantai Atapupu yang terletak di pantai utara Timor, yang sebelumnya dikuasai oleh Portugis.

Serangan terus dilakukan hingga satu dasawarsa berikutnya atau sampai tahun 1828, namun serangan tak dapat menaklukkan kekuasaan Kerajaan Sonbai. Sehingga selama abad ke-19, kekuasaan Belanda hanya terpusat di wilayah Kupang dan sekitarnya.

Perlawanan Sobe Sonba’i III memuncak saat serangan ke Bipolo yang kemudian dikenal perang Bipolo dan kemenangan diraih oleh Sobe Sonbai III, sehingga memancing Belanda menghimpun kekuatan besar untuk melakukan serangan balasan terhadap Sobe Sonba’i III.

Pada tahun 1905, dengan perlengkapan perang yang memadai pasukan Belanda dapat menembus tiga benteng dan menyerbu kediaman Sobe Sonbai III. Beliau akhirnya takhluk dan ditangkap pada tahun 1907 di benteng pertahanan terakhirnya  yakni  Benteng Fatusiki di Desa Oelnaineno lalu direbut Belanda. 

Berdasarkan keputusan pengadilan, Sobe Sonbai III, kemudian diasingkan ke  Waingapu, Sumba selama setahun. Setelah itu Sobe Sonbai III berhasil kembali ke Kauniki, kemudian ditangkap dan ditawan di Kupang hingga meninggal dunia, dalam status sebagai tawanan perang. 

Jenazah Sobe Sonbai III dimakamkan di Fatufeto Kupang pada Bulan Agustus   1923. Namun untuk menghindari nasionalisme penduduk pribumi, maka Belanda menyamarkan makam sang pahlawan dan hingga kini tiada satu orang pun yang tahu pasti keberadaan makamnya. Sobe Sonbai III, seorang pahlawan dari NTT yang makamnya tak diletahui. Ia adalah pahlawan yang makamnya dihilangkan dari sejarah. 


Post a Comment

0 Comments